Hal ini dilakukan untuk mencegah perburuan satwa serta kerusakan hutan di Leuser,"
Banda Aceh (ANTARA News) - Penggerak lingkungan asal Aceh Rudi H Putra mendapat penghargaan internasional "Future for Nature Award" dari Pemerintah Belanda, karena dinilai memiliki upaya, inovasi dan semangat dalam menyelamatkan satwa terancam punah dan kawasan konservasi alam. 

Rudi melalui surat elektronik yang dikirim dari Belanda, Sabtu menyatakan, penghargaan yang diberikan oleh Future for Nature Foundation kepada orang-orang muda yang peduli dengan lingkungan itu diterima pada Jumat (22/2).

Rudi dipilih oleh 10 orang dewan juri yang terdiri dari pakar-pakar konservasi terkenal di dunia yang tersebar di beberapa negara.

Ia bersama Samia Saif (WN Bangladesh, upaya penyelamatan Harimau Bangladesh) dan Dr. Lucy E. King (warga Inggris yang aktif dalam konservasi gajah Afrika di Kenya) mengalahkan 98 kandidat dari 45 negara.

Rudi merupakan warga negara Indonesia pertama yang mendapatkan penghargaan ini sejak diadakan.

Penyerahan penghargaan ini diberikan di Burger's Zoo, Arnhem, Belanda, yang merupakan pusat konservasi satwa liar yang sangat berhasil dalam mengembangbiakkan satwa-satwa di dunia yang didirikan pada tahun 1913.

Penghargaan tersebut diserahkan oleh Jane Goodall, seorang pejuang konservasi terkenal di dunia yang menghabiskan waktunya lebih dari 33 tahun untuk menyelamatkan Simpanse di Afrika dan Saba Douglas Hamilton, seorang artis/presenter yang mengabdikan dirinya dalam penyelamatan gajah di Afrika.

Dikatakan, dirinya bersama dua penerima award ini memberikan presentasi tentang kegiatan mereka di hadapan 500 orang undangan yang terdiri dari berbagai unsur di Negeri Belanda dan undangan internasional lainnya.

Rudi menyampaikan upaya penyelamatan satwa-satwa langka di Taman Nasional Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara, diantaranya gajah, harimau, badak dan orangutan yang semuanya termasuk ke dalam kategori satwa yang terancam punah.

Rudi yang merupakan lulusan Biologi FMIPA Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh dan saat ini sedang menempuh Magister di Institut Pertanian Bogor di bidang Konservasi Biodiversitas Tropika.

Ia menghabiskan waktunya selama 13 tahun terakhir ini dalam upaya konservasi satwa di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang merupakan kawasan konservasi yang sangat terkenal dan menjadi harapan terakhir dunia bagi upaya penyelamatan beberapa satwa langka.

Upaya yang dilakukan selain melakukan patroli rutin mencegah perburuan satwa liar, beliau juga aktif memimpin upaya restorasi kawasan hutan yang telah berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit untuk dikembalikan kembali menjadi hutan. Hal ini dinilai sebagai kegiatan langka di dunia.

Sehari sebelumnya, Rudi bersama ketiga penerima award juga diundang untuk memberikan ceramah di depan pengajar dan mahasiswa di Universitas Wegeningen, salah satu universitas yang terkemuka di Belanda yang banyak melakukan penelitian di Leuser.

Kontradiktif di Aceh

Ia menyatakan, penghargaan internasional yang diterimanya itu sangat kontradiktif dengan yang terjadi di Aceh, dimana Gubernur Aceh telah membubarkan Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser (BPKEL) yang sebelumnya berupa badan khusus untuk mengelola kawasan konservasi yang sangat terkenal itu.

"Hal ini menjadi keprihatinan banyak undangan yang menghadiri penyerahan award ini dan mengikuti perkembangan di KEL. Mereka menyampaikannya secara langsung kepada saya pada saat jamuan makan. Mereka berharap agar keputusan pembubaran ini ditinjau ulang oleh Gubernur Aceh," ujarnya.

Beberapa pakar yang sangat menyayangkan tentang kondisi di Leuser diantaranya adalah Prof Dr Herman Rikjsen dan Dr Jan Win, dua ahli terkenal di Belanda.

Leuser sangat terkenal di Belanda dan sudah ada sejak zaman penjajahan yang dibentuk atas inisiatif seorang geolog dan konservasionis Belanda. Dari masa itu hingga sekarang banyak warga Belanda yang melakukan penelitian di Leuser.

Ia menyatakan, saat ini, upaya perlindungan dan monitoring kawasan tetap dilakukan oleh para mantan karyawan BPKEL walaupun dengan sangat terbatas, karena ketiadaan dana sejak BPKEL dibubarkan.

"Mereka melakukan kegiatan dengan dana sendiri yang dikumpulkan dari beberapa anggota atau sumbangan pribadi yang peduli. Hal ini dilakukan untuk mencegah perburuan satwa serta kerusakan hutan di Leuser," katanya.

Rudi ditunjuk sebagai Ketua Forum Karyawan BPKEL (FK-BPKEL) yang dibentuk oleh karyawan BPKEL pada Desember 2012 sebagai wadah para mantan pekerja agar dapat bekerja demi mempertahankan kelestarian KEL.

(H011/Z002)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013