nama Ketut terancam punah
Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster berharap pertumbuhan penduduk di provinsi itu dalam kurun waktu 100 tahun ke depan bersumber dari peningkatan kelahiran krama (warga) Bali, dengan mengendalikan pertumbuhan penduduk yang bersumber dari migrasi luar Bali.

"Tingginya jumlah penduduk Bali, terutama yang berasal dari kelahiran krama Bali, memberi manfaat positif bagi kehidupan krama Bali, secara individu dan kolektif, memperkokoh eksistensi dan keberlanjutan kebudayaan Bali," kata Koster di Denpasar, Rabu.

Koster menyampaikan hal tersebut saat menyampaikan jawaban sekaligus memaparkan Raperda Haluan Pembangunan Bali Masa Depan 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 dalam Sidang Paripurna DPRD Bali.

Namun, Koster mengatakan di sisi lain tingginya jumlah penduduk berpotensi menimbulkan permasalahan dan tantangan baru terhadap alam, manusia, dan kebudayaan Bali.

"Terlebih lagi, bilamana tingginya jumlah penduduk Bali bersumber dari migrasi luar Bali, sedangkan angka kelahiran penduduk lokal Bali menurun," ucapnya.

Baca juga: MDA: Aturan kontribusi bagi pendatang di Bali akan dibahas Agustus
Baca juga: Wagub Bali minta masyarakat waspadai pendatang


Menurut Koster, bahkan kelahiran penduduk Bali anak ke-3 (Nyoman/Komang) dan anak ke-4 (Ketut) semakin menurun dan terancam punah, maka beban Bali akan semakin meningkat dan berat.

Koster mengemukakan pada tahun 2023, data jumlah siswa SD, SMP, dan SMA/SMK/SLB mencapai 758.174 orang. Jumlah siswa yang memakai nama Bali sebanyak 595.931 orang (79 persen) dan siswa yang memakai bukan nama Bali sebanyak 162.243 orang (21 persen).

Dari jumlah siswa yang memakai nama Bali itu tercatat nama anak pertama (Putu, Wayan, Gede) sebanyak 233.013 orang (39 persen) dan nama anak kedua (Made, Kadek, Nengah) sebanyak 215.731 orang (36 persen).

Selanjutnya nama anak ketiga (Komang, Nyoman) sebanyak 109.198 orang (18 persen), dan nama anak keempat (Ketut) sebanyak 37.389 orang (6 persen).

"Ini sudah merupakan peringatan yang harus menjadi perhatian sangat serius, bahwa kalau tidak dilakukan upaya nyata, nama Ketut terancam punah," kata Koster.

Baca juga: Urbanisasi Picu Naiknya Kemiskinan Perkotaan di Bali
Baca juga: Penurunan laju pertumbuhan penduduk ancam budaya Bali


Peningkatan jumlah penduduk berdampak langsung terhadap peningkatan kebutuhan hidup berupa udara, air, pangan, energi, sandang, lahan permukiman, perumahan, papan, pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, lapangan pekerjaan, transportasi, infrastruktur, komunikasi, dan informasi.

Koster menambahkan pada tahun 2022, jumlah penduduk Bali sebanyak 4,3 juta jiwa, dengan rerata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,01 persen per tahun. Dengan demikian pada tahun 2025 jumlah penduduk Bali diperkirakan mencapai 4,5 juta orang.

Ke depan, laju pertumbuhan penduduk Bali diperkirakan akan meningkat menjadi pada kisaran 1,2 persen-1,5 persen per tahun.

"Dengan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2025 mencapai 4,5 juta orang, dan pertumbuhan pada kisaran 1,2 persen-1,5 persen per tahun, maka jumlah penduduk Bali pada kurun waktu 100 tahun ke depan, dari 2025-2125, diperkirakan mencapai pada kisaran 9,9 – 11,3 juta orang," ucapnya.

Baca juga: Bappenas: Proyeksi penduduk Indonesia pada tahun 2045 capai 324 juta
Baca juga: BKKBN promosikan KB sebagai metode jaga pertumbuhan penduduk Indonesia

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023