Jayapura (ANTARA) - BMKG Wilayah V Jayapura menggandeng BPBD Supiori, Papua, melaksanakan sekolah lapang gempa di dua sekolah dasar yaitu SD YPK Sorendiweri dan SMP Negeri 6 Pariem.

"Kedua sekolah itu berada di daerah rawan bencana tsunami," kata Koordinator Bidang Observasi Balai Besar BMKG Wilayah V Danang Pamudji, Selasa.

Diakui, selain melibatkan sekolah pihaknya juga melibatkan masyarakat sekitar dengan memperkenalkan sistem dan produk peringatan dini tsunami BMKG serta memberikan informasi mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami.

Masyarakat di kedua kampung yakni Desa Pariem dan Sorendiweri menjadi masyarakat siaga tsunami sesuai standar internasional, IOC-UNESCO.

Selama kegiatan dilakukan sesi simulasi dalam ruangan (tabletop exercise) dengan skenario gempa bumi magnitudo 8.7 yang bersumber dari Subduksi Utara Papua.

BMKG juga menyerahkan peta bahaya tsunami ke BPBD Kabupaten Supiori, serta pemasangan papan informasi bahaya tsunami di Kantor
Distrik Supiori Timur dan papan titik kumpul di halaman Kantor BPBD Supiori.

Kegiatan yang dilaksanakan hingga Rabu (12/7) dan diikuti 50 peserta itu juga diajak untuk melakukan susur jalur menuju titik kumpul evakuasi tsunami yang diakhiri dengan sesi diskusi untuk penyusunan rekomendasi dan tindak lanjutnya, kata Danang.

Dijelaskan, gempa Biak yang terjadi tanggal 17 Pebruari 1997 atau 27 tahun lalu merupakan pengingat bagi kita untuk selalu siap siaga terhadap bencana tsunami.

Apalagi Kabupaten Supiori merupakan daerah yang berdekatan dengan subduksi utara Papua dengan potensi kekuatan gempa mencapai M8.7.

Peta bahaya tsunami yang telah dibuat dengan memperhitungkan besaran potensi kekuatan gempa bumi tersebut, tidak menutup kemungkinan
bahwa sejarah gempa bumi dan tsunami Biak 1996 terjadi lagi di kemudian hari.

Berdasarkan peta bahaya tsunami yang telah dibuat BMKG, terlihat bahwa Desa Pariem dan Desa Sorendiweri merupakan dua desa yang terdampak signifikan dari skenario sehingga perlu adanya upaya meminimalisir potensi korban jiwa yang dapat ditimbulkan dari bencana tsunami, kata Danang.

Salah satu guru SD YPK Sorendiweri Jelita Notanubun mengaku dengan adanya sosialisasi itu maka anak-anak belajar bagaimana cara menyelamatkan diri bila terjadi bencana alam seperti gempa.

"Melalui sosialisasi yang dilakukan BMKG diharapkan para pelajar mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi bencana, " kata Jelita.

Baca juga: Pemkot Padang uji coba 12 sirene tsunami, tingkatkan kesiagaan bencana
Baca juga: Ahli: Film dan media kekinian tumbuhkan sikap kesiapsiagaan bencana

Pewarta: Evarukdijati
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023