Magelang (ANTARA) - Pameran seni rupa oleh para pelukis muda Kota Magelang, Jawa Tengah, bertajuk "Marasoca Kala" mengajak publik menghargai momentum tentang waktu dan kehidupan, kata Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang (DKKM) Muhammad Nafi.

"Karya-karya mereka memberikan inspirasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya penghargaan atas momentum kehidupan manusia," katanya pada pembukaan pameran seni rupa kontemporer bertajuk "Marasoca Kala" di Gedung Lokabudaya Kota Magelang, Rabu malam.

Sebanyak 23 pelukis muda usia 18-26 tahun di daerah setempat menyuguhkan total 35 karya lukisan kontemporer dalam pameran yang dibuka Kepala Kepolisian Resor Magelang Kota AKBP Yolanda Evalyn Sebayang dengan dihadiri para seniman dan penikmat seni budaya, terutama di Magelang dan sekitarnya.

Tema pameran "Marasoca Kala", ujar dia, dimaksudkan sebagai merekam waktu. Berbagai karya mereka menjadi terkesan utopis ketika ditautkan dengan kondisi zaman sekarang di mana setiap orang dilingkupi arus informasi dan komunikasi melalui media sosial dengan penggunaan gawai setiap saat yang tidak lepas dari tangan.

Baca juga: Dikbud: Pameran "On Multiculturalism" kuatkan Magelang kota toleransi

Ia menilai penting penghargaan terhadap setiap momentum kehidupan di tengah dunia yang terasa bergerak semakin cepat serba instan, dan dominasi teknologi informasi serta media sosial yang melingkupi masyarakat.

"Pameran yang berlangsung pada 19-29 Juli 2023 ini mengingatkan kita semua tentang pentingnya merenungkan langkah-langkah, melakukan refleksi dan otokritik," ucap dia.

Ia menjelaskan konsep waktu yang dieksplorasi para seniman muda melalui medium seni rupa kontemporer dalam pameran tersebut.

Mereka, ujar dia, mengajak publik memahami dan merenungkan tentang keberlaluan waktu, perubahan, dan respons terhadap berbagai fenomena kehidupan sehari-hari.

Ia menyebut setiap karya mengungkapkan perspektif unik tentang hubungan antara waktu, lingkungan sekitar, dan manusia sebagai makhluk yang bisa berpikir serta menjalani pengalaman reflektif.

Baca juga: Lukisan lelet nikotin karya Gus Mus dipamerkan di Museum OHD

Konsep waktu yang muncul dalam pameran ini, kata dia, bisa dilihat mulai dari konsep perspektif historis hingga dimensi individual.

Kepala Polres Magelang Kota AKBP Yolanda Evalyn Sebayang menyampaikan apresiasi terhadap keberanian seniman muda setempat dalam menunjukkan karya-karya mereka di hadapan publik melalui pameran.

"Seniman muda berkarya bukan hal mudah kalau tanpa penerimaan lingkungan. Penerimaan baik kalau ada wadah yang melindungi. Kota Magelang ada wadah dekat alun-alun (Lokabudaya Kota Magelang, red.) untuk menunjukkan karya anak-anak muda dan tua. Fasilitasi mereka sehingga karyanya hidup dan makin dikenal," katanya.

Seorang pelukis, Orion Sang Timur (22) mengatakan memamerkan dua lukisan kontemporer dalam pameran itu, masing-masing berjudul "Remang Menyala Enggan Sirna" dan "Mengangkat atau Terangkat Sama Setara".

Ia mengaku mulai melukis sejak kecil ketika Playgroup dan Taman Kanak-Kanak dengan media tembok, kemudian saat SMP melukis melalui media kertas gambar, berkembang membuat mural bersama komunitas di daerah itu, dan berlanjut saat ini melukis di kanvas.

Baca juga: Perupa Magelang-Yogyakarta pameran karya di kawasan Candi Borobudur

"Melukis menuangkan ide, sebagaimana manusia mempunyai macam-macam perasaan yang sudah diungkap dan dijelaskan. Melukis mengungkapkan perasaan manusia yang tidak terdefinisikan," kata Orion yang saat ini kuliah Semester V Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023