Warsawa (ANTARA News) - Seorang prajurit Polandia yang berusia 29 tahun tewas dalam ledakan ranjau di sebuah jalan di Afghanistan selatan, Rabu, demikian diumumkan Kementerian Pertahanan Polandia.

Pawel Ordynski, yang kendaraannya terkena ledakan ranjau di provinsi Ghazni, menjadi prajurit ke-39 Polandia yang tewas dalam konflik satu dasawarsa di Afghanistan, kata juru bicara kementerian itu Jacek Sonta, lapor AFP.

Polandia menempatkan 1.800 prajurit di Afghanistan yang bertugas pada Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF), dan negara itu menjadi salah satu penyumbang pasukan terbesar bagi misi itu.

Satuan Polandia, yang ditempatkan di sana sejak 2002, saat ini bertanggung jawab atas keamanan di Ghazni.

Menteri Luar Negeri Polandia Radoslaw Sikorski mengatakan kepada parlemen, Rabu, Polandia akan mengurangi jumlah pasukannya di Afghanistan menjadi 1.000 pada Oktober.

Satu lagi prajurit Polandia tewas pada Januari tahun ini selama operasi gabungan pemberantasan terorisme bersama pasukan Afghanistan.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013