Frankfurt (ANTARA) - Bank Sentral Eropa (ECB) akan menaikkan suku bunga untuk kesembilan kalinya berturut-turut pada Kamis, dan tetap membuka pintu untuk pergerakan lebih lanjut karena inflasi yang persisten dan berkembangnya bukti penurunan ekonomi menarik para pembuat kebijakan ke arah yang berlawanan.

Melawan lonjakan harga-harga yang bersejarah, ECB telah menaikkan biaya pinjaman sebesar 4 poin persentase sejak Juli lalu dan pada dasarnya menjanjikan kenaikan seperempat poin lagi bulan ini, membuat keputusan Kamis paling mudah sepanjang tahun ini

Tetapi bank sentral untuk 20 negara yang menggunakan euro itu kemungkinan akan menghentikan praktiknya dalam memberi sinyal langkah selanjutnya, menjanjikan pendekatan "bergantung data" sebagai gantinya. Itu akan membuat investor menebak-nebak apakah kenaikan suku bunga lain akan datang pada September atau apakah Juli menandai akhir dari pengetatan tercepat yang pernah dilakukan ECB.

Namun, satu hal yang jelas: akhir dari kenaikan suku bunga semakin dekat dan perdebatan tampaknya hanya tentang satu langkah kecil lagi sebelum kenaikan suku bunga dihentikan karena apa yang menurut beberapa pembuat kebijakan akan berlangsung lama.

Masalah ECB adalah bahwa inflasi turun terlalu lambat dan bisa memakan waktu hingga 2025 untuk turun kembali menjadi 2,0 persen, karena lonjakan harga yang awalnya didorong oleh energi telah merembes ke ekonomi yang lebih luas melalui markup yang besar dan memicu biaya jasa-jasa.

Sementara inflasi keseluruhan sekarang hanya setengah dari puncaknya pada Oktober, pertumbuhan harga dasar yang lebih sulit ditembus melayang di dekat titik tertinggi dalam sejarah dan bahkan mungkin telah meningkat bulan ini.

Pasar tenaga kerja juga sangat ketat, dengan rekor pengangguran yang rendah meningkatkan risiko bahwa upah akan naik dengan cepat di tahun-tahun mendatang karena serikat pekerja menggunakan daya tawar mereka yang meningkat untuk menutup pendapatan riil yang hilang akibat inflasi.

Itulah sebabnya banyak investor dan analis mencari ECB untuk menarik pelatuk lagi pada September dan berhenti hanya jika data upah musim gugur memberikan bantuan.

"Beberapa indikator tepat waktu seperti Indeed Wage Tracker, yang melacak upah yang tercantum pada posting pekerjaan, telah menunjukkan beberapa pelunakan selama tahun 2023, tetapi dorongan pasar tenaga kerja terhadap inflasi masih tampak terlalu kuat pada ukuran upah yang paling luas," kata ekonom Danske Bank, Piet Haines Christiansen.

Pengetatan lebih lanjut akan konsisten dengan komentar dari sejumlah pembuat kebijakan, termasuk anggota dewan ECB Isabel Schnabel, bahwa menaikkan suku bunga terlalu jauh masih akan lebih murah daripada tidak melakukannya dengan cukup.

Memicu bias ECB untuk kenaikan lebih lanjut, Federal Reserve AS juga menaikkan biaya pinjaman pada Rabu (26/7/2023) dan membiarkan pintu terbuka untuk pengetatan lebih lanjut, mengisyaratkan bahwa tekanan harga masih bisa terbukti lebih membandel daripada yang diperkirakan beberapa orang.

"Kami melihat sedikit ruang untuk meredakan bias hawkish dulu," kata Anatoli Annenkov dari Societe Generale.

"Kami masih melihat sebagian besar risiko kenaikan inflasi dan memperkirakan kenaikan akhir 25 basis poin pada September sebelum fokus bergeser ke neraca pada akhir tahun."

Tetapi prospek ekonomi yang memudar dengan cepat akan meredam setiap sikap hawkish dan Presiden ECB Christine Lagarde kemungkinan akan berhati-hati setelah serangkaian data dalam beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi sudah membebani pertumbuhan.


Baca juga: Yuan melonjak setelah Beijing berjanji tingkatkan ekonomi
Baca juga: Euro jatuh di awal sesi Asia ketika pedagang waspadai ECB "hawkish"
Baca juga: Minyak turun di Asia, investor tunggu isyarat kenaikan bunga Fed, ECB

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023