“Guru bantu yang dikirim memiliki usia yang dekat dengan para siswa, sehingga mereka bisa lebih leluasa belajar, bercakap-cakap tentang hal-hal yang memang sesuai dengan usianya. Para siswa juga tertarik untuk bisa berbicara langsung dengan orang Ind
Jakarta (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra mengatakan program pengiriman guru bantu untuk mengajar Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah di Australia sangat positif.

"Bagaimanapun, pengiriman guru bantu secara daring sangat berbeda dampaknya dengan pengiriman guru bantu secara luring," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra Mukhamad Najib melalui rilis pers yang diperoleh ANTARA di Jakarta, Kamis.

Pernyataan itu ia sampaikan saat menyambut kedatangan guru bantu Bahasa Indonesia di Scotch College, Melbourne, Australia, pada Selasa (25/7).

Nadjib mengatakan program pengiriman guru bantu Bahasa Indonesia ke sekolah-sekolah di Australia merupakan bagian dari program mobilitas internasional mahasiswa yang sangat berguna.

Para mahasiswa, kata dia, akan mendapat banyak pengalaman baru yang tidak bisa diperoleh saat mereka melakukan praktek mengajar di dalam negeri.

Najib mengatakan pengiriman guru bantu secara luring ke Australia baru dilakukan saat ini, sejak pandemi COVID-19.

"Saat ini COVID-19 sudah tidak lagi menjadi pandemi, dan Australia sudah terbuka bagi mahasiswa asing untuk datang. Sehingga pengiriman guru bantu secara luring menjadi opsi terbaik," kata dia.

Para guru bantu tersebut, kata Najib, tidak hanya membantu mengajar Bahasa Indonesia, tetapi juga mengenalkan dan mengajarkan seni dan budaya Indonesia kepada siswa Australia.

"Hal ini tentu sangat positif, karena para siswa menjadi semakin tertarik belajar bahasa dan mereka juga tertarik untuk berkunjung ke Indonesia," jelas Najib lebih lanjut.

Pada 2023 ini, Victoria Indonesia Language Teacher Association (VILTA), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra bekerja sama mengirimkan guru bantu ke sekolah di Victoria secara luring.

Salah satu sekolah yang memperoleh kesempatan menerima guru bantu adalah Scotch College di kota Melbourne.

Kepala program Bahasa Indonesia di Scotch College, Melody-Fleur Watterson, mengatakan saat ini siswanya belajar bahasa Indonesia sejak kelas 7 sampai kelas 12. Ia menilai program pengiriman guru bantu tersebut dapat memberikan daya tarik bagi siswa yang belajar Bahasa Indonesia.

“Guru bantu yang dikirim memiliki usia yang dekat dengan para siswa, sehingga mereka bisa lebih leluasa belajar, bercakap-cakap tentang hal-hal yang memang sesuai dengan usianya. Para siswa juga tertarik untuk bisa berbicara langsung dengan orang Indonesia asli," kata Melody.

Sementara itu, salah seorang guru bantu dari UNY, Bayu Prihantoro, mengatakan menerima banyak manfaat dari program pengiriman guru bantu tersebut.

“Uang yang saya keluarkan untuk program ini tidak sebanding dengan manfaat yang saya peroleh di tempat ini. Dengan program praktek mengajar di Australia, pikiran saya semakin terbuka, dan banyak peluang baru yang saya peroleh untuk karier masa depan saya sebagai calon guru," kata Bayu.

Baca juga: VILTA turut kirim guru bantu Bahasa Indonesia di Australia   

Pewarta: Katriana
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023