Chengdu (ANTARA) - Atlet wushu asal Indonesia, Marvelo Edgar unjuk kebolehan di Universiade Chengdu.  Dia berhasil menyabet medali perak di Pesta Olahraga Universitas Sedunia Musim Panas (Universiade) FISU ke-31 di Chengdu, Provinsi Sichuan, China barat daya

"Sejak saya jatuh cinta pada Wushu, saya selalu rajin berlatih. Latihan selama belasan tahun akhirnya membuahkan hasil hari ini!" ujar Marvelo dengan penuh semangat.

Marvelo merupakan mahasiswa di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Dengan kecintaannya yang tulus terhadap Wushu China dan kebudayaan yang terkandung dalamnya, Marvelo berlatih keras selama lebih dari 10 tahun dan menjadi "ahli" Wushu. Pada 30 Juli lalu, dia berhasil menyabet medali perak dan mewujudkan mimpinya.

Marvelo mengaku dirinya menghadapi banyak kesulitan dalam latihan Wushu. Salah satunya adalah keterbatasan waktunya untuk berlatih dan berkuliah di jurusannya. Hal ini membuat Marvelo berusaha menemukan "keseimbangan" antara latihan dan kuliahnya.

"Setiap hari saya pulang kuliah pukul 18.00, dan latihannya baru dimulai, biasanya hingga pukul 22.00, ini memang melelahkan. Akan tetapi, kecintaan sejati terhadap Wushu membuat saya berkeinginan untuk berupaya berlatih, jadi pasti saya bisa meluangkan waktu saya untuk hobi saya," ungkap Marvelo.

Pemuda Indonesia itu mengungkapkan dirinya bermimpi menjadi "pahlawan Wushu" sejak masih kecil, terinspirasi dari tokoh-tokoh Wushu dalam film China yang sangat hebat. "Saya suka menonton film Wushu China dari kecil, film-film yang dibintangi Bruce Lee dan Jackie Chan sepertinya menanam benih dalam hati saya," ujar Marvelo.

Marvelo juga mengenal atlet-atlet Wushu unggulan dari China. Idola favorit bagi Marvelo adalah Sun Peiyuan, salah seorang atlet cabor Wushu terbaik di China, khususnya di nomor Changquan. Marvelo mengutarakan dirinya menganggap atlet-atlet China itu sebagai teladan, keterampilan dan teknik mereka sangat mengagumkan sehingga mendorong Marvelo terus meningkatkan keahliannya.

Selain Wushu, Marvelo juga tertarik pada kebudayaan tradisional China yang mendalam dan penuh makna. "Saya tahu seni berganti topeng dalam Opera Sichuan, (saya) juga kenal beberapa alat musik China. Kebudayaan China bersinar dan saya ingin lebih mengenal budaya itu," tutur Marvelo.

Marvelo belajar bahasa Mandarin secara otodidak dan sudah bisa melafalkan beberapa kalimat sederhana.

"Senang sekali bisa berpartisipasi di Universiade Chengdu, suasananya menyenangkan sekali. Selanjutnya, saya berharap bisa tampil lebih baik di Asian Games Hangzhou nanti, dan saya pasti bisa," ungkapnya dalam bahasa Mandarin kepada wartawan, sembari memberi penghormatan dengan gerakan tradisional dalam gaya Wushu.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023