Kita harus punya roh dan energi yang kuat, kita pilah produk lokal, kita pilah makanan nusantara, kita tolak makanan asing yang tidak penting, kalau kita punya kekuatan dan ideologi itu, maka (buku) ini akan menggelegar
Jakarta (ANTARA) -
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan bahwa buku Menu Bergizi Dashat Nusantara harus mempunyai roh untuk menghidupkan pangan lokal.

"Dengan buku ini, kita harus punya roh dan energi yang kuat, kita pilah produk lokal, kita pilah makanan nusantara, kita tolak makanan asing yang tidak penting, kalau kita punya kekuatan dan ideologi itu, maka (buku) ini akan menggelegar," katanya di Jakarta, Senin.

BKKBN bekerja sama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) meluncurkan buku Menu Bergizi Dashat Nusantara yang memuat informasi berupa pemanfaatan bahan pangan lokal yang diolah menjadi makanan bergizi guna memenuhi nutrisi ibu hamil, menyusui, dan anak di bawah dua tahun (baduta) di Jakarta, Senin (7/8) 2023.
 
Ia mengatakan, buku yang dibuat atas hasil riset yang dilakukan dengan material yang ada di BKKBN ini diharapkan bisa memberikan roh dan energi yang bermanfaat agar masyarakat bisa mengubah mindset tentang makanan bergizi.
 
"Setelah kita punya buku yang bagus ini, bagaimana kita bisa mengubah mindset masyarakat Indonesia, kita bilang bahwa makanan anda tidak benar, makanan anda itu mahal tetapi tidak benar, yang benar itu misalnya, daun kelor itu hebat," katanya.
 
Ia menegaskan bahwa inovasi buku saja tanpa diikuti dengan energi dan reformasi untuk mengubah pola pikir masyarakat, maka akan sia-sia belaka.
 
"Energi atau roh di balik buku harus ada, yang bersifat ideologis. Jadi kita bela betul untuk mengimplementasikan menu nusantara, kita punya nation state, bahwa kita punya gizi yang cukup, punya sumber yang cukup, dan kita bisa," katanya.
 
Untuk itu, ia mengajak kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam pembuatan buku Menu Bergizi Dashat Nusantara untuk menuangkan energi dan membuat revolusi khusus tentang gizi dan pangan demi melepaskan ketergantungan masyarakat dari produk mie.
 
"Dengan porang bisa, singkong bisa, sagu bisa, jagung bisa, kenapa kita tergantung mie? Bisa kah kita melakukan revolusi, bahwa orang mindset-nya tidak lagi mie, kalau kita tidak lagi impor mie, kita tidak hanya sehat, tapi bisa sejahtera, karena uang yang beredar di pangan lokal pasti lebih banyak," katanya.
 
Untuk itu, ia menekankan bahwa buku menu ini perlu menjadi bahan untuk melakukan revolusi pangan di Indonesia.
 
"Suatu saat kita bisa meluncurkan makanan nusantara, kita nyatakan itu menjadi makanan nasional, ini yang harus kita tanamkan, kita hidupkan," katanya.
 
Ia juga menegaskan, revolusi pangan lokal bukan berarti untuk membenci produk asing, tetapi lebih bertujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat.
 
"Selama ini kita bergantung pada produk yang berbasis asing, tetapi bukan berarti kita benci asing, karena kita perlu cinta kemandirian, mengingat di Indonesia masih banyak orang miskin. Jadi intinya, bagaimana kita bisa membuat (buku) ini jadi reformasi dan revolusi baru yang bisa mengubah mindset masyarakat," demikian Hasto Wardoyo.

Baca juga: BKKBN: Pangan lokal bantu cegah stunting saat krisis kemarau

Baca juga: Kepala BKKBN: Aceh miliki pangan lokal melimpah untuk atasi stunting

Baca juga: BKKBN imbau tingkatkan konsumsi pangan lokal cegah stunting

Baca juga: BKKBN: Dashat sulit olah pangan lokal karena adanya hoaks kesehatan

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023