Moskow (ANTARA) - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Selasa menyatakan kemampuan tempur Ukraina "hampir habis" dan peperangan telah menyingkapkan kerentanan sistem persenjataan Barat yang akan segera disebarluaskan oleh Moskow.

Perang itu telah menimbulkan kehancuran di seluruh wilayah di Ukraina timur dan selatan, menewaskan atau melukai ratusan ribu orang, serta memicu pertikaian hebat dalam hubungan Rusia dengan Barat sejak Krisis Misil Kuba 1962.

Ukraina dan Barat menuduh Rusia melakukan kejahatan perang dan menyamakan invasi Moskow dengan penaklukan ala kekaisaran.

Sedangkan Kremlin menyatakan konflik tersebut sebagai pertempuran hidup mati dengan Barat yang bermusuhan dan menginginkan Rusia terpecah belah.

Dalam sebuah konferensi keamanan di Moskow yang juga dihadiri Menteri Pertahanan China Li Shangfu, Shoigu menyatakan konflik tersebut merupakan ujian berat bagi Rusia.

"Dalam operasi militer khusus, tentara Rusia telah membongkar banyak mitos mengenai superioritas standar militer Barat," kata Shoigu yang jarang berbicara di depan umum, menurut teks yang dikirimkan oleh kementerian pertahanan Rusia.


Baca juga: Latvia bantu Ukraina eksporkan pangan via Baltik

"Hasil awal dari operasi tempur menunjukkan bahwa sumber-sumber militer Ukraina hampir habis," kata Shoigu, salah satu sekutu terkuat Presiden Vladimir Putin.

Shoigu tidak memberikan bukti terinci untuk mendukung pernyataannya tersebut.

Reuters ditolak mendapatkan akreditasi guna menghadiri konferensi keamanan tersebut. Tidak ada alasan mengapa Reuters ditolak.

Barat melihat perang tersebut sebagai kesalahan strategis terbesar Moskow sejak invasi Soviet ke Afghanistan pada 1979. Para pemimpin Barat menyatakan mereka ingin mengalahkan Rusia di medan pertempuran Ukraina.

Serangan balasan Ukraina hingga kini masih belum menunjukkan kesuksesan yang menghasilkan keberhasilan teritorial besar.

Rusia menyatakan akan mencapai seluruh tujuannya di Ukraina yang dianggapnya sebagai boneka Barat. Rusia berulangkali menunjukkan kesiapan bertempur dalam perang jangka panjang dan telah mempertaruhkan perekonomian sebesar 2 triliun dolar AS (Rp30,65 kuadriliun) demi perang itu.

Baca juga: Dampak sanksi terasa, Rusia naikkan suku bunga jadi 12 persen

Shoigu menyatakan akan menyingkapkan kelemahan persenjataan Barat dan tidak ada dari persenjataan Barat yang tidak rentan.

"Kami memiliki data tentang kehancuran tank Jerman, kendaraan lapis baja Amerika, rudal Inggris dan sistem persenjataan lainnya. Kami siap membagikan penilaian kami itu dengan mitra-mitra kami," kata dia.

Shoigu menuding Ukraina berulang kali menggunakan infrastruktur sipil untuk menyembunyikan tentara dan peralatan militer beratnya. Ukraina sendiri menggempur pemukiman sipil di wilayah Ukraina timur yang dikuasai Rusia.

Ukraina, menurut dia, telah menggunakan kesepakatan pangan Laut Hitam sebagai kedok untuk membangun gudang senjata dan amunisi di Odesa dan pelabuhan lainnya. Ukraina berulang kali membantah telah memanfaatkan infrastruktur sipil untuk tujuan militer dan menyangkal telah membidik warga sipil.

Shoigu menyatakan Barat sengaja mengobarkan situasi di sekitar Taiwan, dengan membandingkan situasi di sana dengan perang Ukraina.

"Dalam kondisi ini, hubungan bilateral antara Rusia dan China telah melampaui tingkat hubungan strategis dalam segala hal, menjadi lebih dari sekedar sekutu," kata Shoigu.

Baca juga: Ukraina pecat semua kepala perekrutan tentara untuk berantas korupsi

Sumber: Reuters

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023