Selama ini penggunaan katalis di Indonesia masih tergantung dari impor.
Karawang (ANTARA) - Pembangunan pabrik katalis di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, hasil sinergi antara BUMN PT Pupuk Kujang dengan Pusat Rekayasa Katalisis Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pertamina Research and Technology Centre (RTC) segera rampung.

VP Komunikasi Perusahaan M Arief Rachman, di Karawang, Sabtu, menyampaikan, saat ini pemerintah terus berupaya mengurangi penggunaan energi fosil dan beragam emisi. Termasuk di antaranya mengembangkan greenfuel atau bahan bakar hijau yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya pengembangan bahan bakar nabati atau BBN.

Ia mengatakan, Pupuk Kujang Cikampek, selaku perusahaan petrokimia turut berkontribusi dalam hal itu dengan mendirikan PT Katalis Sinergi Indonesia (KSI) bersama Pusat Rekayasa Katalisis ITB dan Pertamina Research and Technology Centre (RTC).

"PT KSI merupakan perusahaan anak bangsa pertama yang membuat katalis di Indonesia. Saat ini, pembangunan pabrik sudah dalam tahap penyelesaian," katanya.

Katalis merupakan zat yang bisa mempercepat dan mengarahkan reaksi kimia saat mengonversi suatu bahan baku menjadi bahan lain yang diinginkan.

"Dalam pembuatan BBN, katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dalam proses perubahan minyak sawit atau minyak buah jarak menjadi BBN. Baik itu bensin, biosolar bahkan bahan bakar pesawat terbang atau avtur," kata dia lagi.

Bahan bakar nabati ini ke depan diproyeksikan untuk banyak digunakan. Sebab, minyak bumi bersumber fosil akan semakin habis karena tidak dapat diperbaharui.

Dengan katalis, Indonesia bisa mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam kehidupan sehari-hari.

Di sektor transportasi, penggunaan BBM berbasis fosil pelan-pelan digeser dan beralih ke energi listrik dan BBN. Untuk membuat BBN, sejumlah teknologi disiapkan termasuk bahan pentingnya seperti katalis.

"Selama ini penggunaan katalis di Indonesia masih tergantung dari impor. Produk-produk KSI nanti bisa dijadikan substitusi impor yang akan menghemat devisa negara," kata Arief.

Di ITB, salah satu contoh produknya adalah katalis untuk mengonversi minyak sawit menjadi diesel nabati (green diesel) atau bensin nabati (green gasoline/bio gasoline) dan yang mengonversi minyak inti sawit menjadi avtur nabati (green avtur/bio avtur) yang ketiganya berbentuk ekstrudat.

Rencananya, PT Katalis Sinergi Indonesia akan memproduksi katalis hydrotreating sebagai bahan penting dalam pembuatan bahan bakar nabati yang mengubah minyak sawit menjadi minyak diesel (D100). Selain itu, PT KSI juga bisa membuat katalis oleochemical untuk beragam industri.

Memiliki kapasitas produksi 800 ton per tahun, perusahaan ini diproyeksikan bisa membuat tujuh jenis produk katalis, yakni empat jenis katalis hydrotreating dan tiga jenis katalis oleochemical.

Produksi itu diharapkan bisa memenuhi kebutuhan katalis dalam negeri, sehingga ketergantungan impor katalis selama ini bisa terkikis dan Indonesia tidak perlu mengimpor hampir seluruh kebutuhan katalis.

Pabrik ini dibangun di atas lahan seluas 2 hektare di Kawasan Industri Kujang Cikampek.

PT Katalis Sinergi Indonesia merupakan sebuah konsorsium, yang di dalamnya terdapat PT Pertamina Lubricants (38 persen), PT Pupuk Kujang (37 persen), dan PT Rekacipta Inovasi ITB (25 persen).

Arief menyebutkan, keterlibatan dalam konsorsium ini merupakan bentuk sinergi antara BUMN dalam mendukung penemuan ilmuwan untuk kemajuan bangsa. 
Baca juga: BNI kembangkan pabrik katalis Merah Putih, dukung "go green"
Baca juga: Pabrik pembuat katalis pertama di Indonesia segera berdiri di Karawang

Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023