Jakarta (ANTARA) - Satu tahun setelah Serena Williams mengucapkan selamat tinggal yang emosional pada tenis di hadapan penonton di Flushing Meadows, Coco Gauff bermimpi melanjutkan "warisan" juara Grand Slam 23 kali itu di US Open, yang akan bergulir mulai Senin (28/8).

Petenis berusia 19 tahun asal Florida, yang tumbuh besar dengan mengidolakan Williams yang kini sudah pensiun, itu menuju New York dengan harapan mendapatkan gelar Grand Slam pertamanya setelah serangkaian hasil mengesankan di turnamen lapangan keras WTA Tour jelang US Open.

Dia memenangi gelar keduanya musim ini di Washington pada awal Agustus dan kemudian melanjutkan perjalanan menggembirakan ke perempat final Canadian Open di Montreal, dan kemenangan mengejutkan di Cincinnati akhir pekan lalu – gelar WTA 1000 pertamanya.

Kemenangan di Cincinnati juga termasuk kemenangan di semifinal melawan petenis nomor satu dunia dan juara bertahan US Open Iga Swiatek, pertama kalinya Gauff mengalahkan juara empat kali Grand Slam asal Polandia itu dalam delapan pertemuan.

Baca juga: Gauff juarai Cincinnati Open, gelar terbesar dalam kariernya

Penampilan Gauff selama sebulan terakhir menunjukkan bahwa remaja tersebut akhirnya siap untuk tampil dalam tantangan berat di Grand Slam, empat tahun setelah ia masuk ke panggung dunia dengan laju gemilang ke babak keempat Wimbledon sebagai petenis kualifikasi berusia 15 tahun.

Gauff, yang saat ini berada di peringkat enam dunia, mengatakan kesuksesannya baru-baru ini merupakan hasil dari pembelajaran bagaimana meraih kemenangan bahkan ketika dia tidak menampilkan permainan terbaiknya.

Jika perkembangan positif Gauff terus berlanjut dalam dua pekan ke depan, ada kemungkinan dia bisa menjadi petenis kulit hitam kelima yang menjuarai US Open di era Open, mengikuti jejak Serena dan Venus Williams, Sloane Stephens, dan Naomi Osaka.

Setelah Serena Williams meninggalkan panggung tenis, Gauff sangat sadar bahwa dia dipandang oleh banyak orang sebagai pewaris generasi petenis putri Afrika-Amerika berikutnya.

Ini adalah tanggung jawab yang siap diemban oleh remaja tersebut, meskipun dia tidak percaya bahwa dia bisa dibandingkan dengan Serena Williams.

"Itu adalah sesuatu yang tidak saya anggap enteng," kata Gauff dalam temu media jelang US Open, seperti disiarkan AFP, Jumat.

Baca juga: Gauff sabet gelar WTA Washington

"Kadang-kadang saya kira hal ini meningkatkan tekanan karena saya tahu bahwa komunitas ini, komunitas orang kulit berwarna, orang kulit hitam, sangat menghormati saya."

"Terutama dengan pensiunnya Serena, orang-orang menganggap saya sebagai pemimpin berikutnya dalam tenis."

"Saya tidak menempatkan diri saya dalam pandangan itu karena Serena menjadi GOAT karena suatu alasan, "yang terhebat sepanjang masa." Saya adalah bagian dari sepanjang masa itu, jadi saya tidak tahu apakah saya akan mampu masuk sejauh yang dia lakukan," ujar Gauff.

"Bagi saya, saya hanya mencoba yang terbaik untuk menjadi versi terbaik dari diri saya sendiri dan menjadi Coco terbaik di dalam dan di luar lapangan. Saya mencoba untuk memperhatikan bagaimana saya menampilkan diri saya dan hal-hal yang saya perhatikan di luar lapangan."

Namun, jalan Gauff yang menjadi unggulan keenam untuk meraih gelar di New York tidak akan mudah, karena petenis Amerika itu berada di jalur yang sama untuk menghadapi juara bertahan Swiatek di perempat final.

Elena Rybakina, juara Wimbledon 2022, juga berada di sisi undian yang sama dengan Gauff.

Baca juga: Rivalitas Swiatek-Sabalenka memanas di US Open

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2023