Dili (ANTARA News) - PBB, Sabtu, memperingatkan pasokan makanannya untuk puluhan ribu pengungsi yang menyelamatkan diri dari kerusuhan di Timor Timur akan habis dalam dua pekan, sehingga mungkin akan mengakibatkan "kelaparan luas dan terus-menerus". Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyatakan lebih dari 140.000 orang telah meninggalkan kediaman mereka selama beberapa pekan kerusuhan, tapi permintaan bantuan sebesar 5,2 juta dolar AS masih kurang tiga juta dolar AS. Badan dunia itu memperingatkan kekurangan gizi di negara kecil tersebut, yang sudah termasuk yang paling buruk di Asia, dapat bertambah parah kecuali negara donor memberikan uang tambahan, kata WFP dalam dokumen taklimatnya. "Masalah itu menjadi penghambat, dalam beberapa kasus, dan kurangnya dana dari donor lain," kata Tarek Elguindi, Direktur WFP untuk Timor Timur seperti dilaporkan AFP. Pemerintah Australia dan Irlandia, bersama Amerika Serikat dan Jepang, sejauh ini telah menyumbang bagi upaya tersebut, katanya. "Anak-anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan mereka bertahan hidup. tetapi setiap kejutan yang muncul dapat merontokkan mereka," katanya. Lembaga PBB itu mulai mengurangi sebagian jatah Jumat dan menyatakan terjadi "kekurangan pasokan pangan serta kesehatan secara kritis". Harga beras telah naik sebesar 60 persen di beberapa daerah di tengah kekurangan pasokan, pasar telah tutup dan stok ayam potong telah berkurang hampir separuh sementara banyak keluarga berjuang memenuhi kebutuhan hidup. Terdapat sebanyak 66 kamp di ibukota Timor Timur, Dili, saja, tempat orang mulai menyelamatkan diri akhir April --setelah pertempuran antar-faksi pasukan keamanan yang bertikai menyulut bentrokan antar-gerombolan. Krisis itu menyulut pengunduran diri perdana menteri Mar`i AlKatiri, Senin. Penggantinya belum ditunjuk. "Penduduk yang kehilangan tempat tinggal sangat rentan dan berbagai kamp memiliki potensi menjadi tempat bentrokan, jika kita tak dapat terus menyediakan keperluan pokok kemanusiaan," kata Koordinator kemanusiaan PBB Finn Reske-Nielsen. Rakyat menduga tak bisa pulang ke rumah mereka selama berbulan-bulan, demikian peringatan WFP, akibat kekhawatiran akan keselamatan mereka setelah banyak rumah dibakar serta dijarah dan sedikitnya 21 orang tewas selama berpekan-pekan selama kerusuhan. Banyak kelompok pemuda melemparkan batu ke arah beberapa kamp awal pekan ini, di tengah bentrokan yang berlanjut antar-kelompok menyusul pengunduran diri AlKatiri, kendati pasukan pemelihara perdamaian segera memulihkan keadaan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006