Jakarta (ANTARA) - Anggota DPRD DKI Nova Harivan Paloh menyarankan Pemerintah Provinsi DKI mengkaji kembali teknik membuat kabut air dari atap gedung menggunakan pompa bertekanan tinggi (water mist generator) dan memakai sampah buah (eco enzyme).

“Itu harus diuji lagi. Itu kan harus ada pakar dari lingkungan, pakar 'eco enzyme'. Kan enggak sembarangan juga untuk menangani masalah polusi,” kata Nova kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

Nova menuturkan keefektifan "eco enzyme" yang digunakan untuk "water mist generator" perlu mengajak pakar-pakar lingkungan, seperti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dia mengingatkan jangan sampai "eco enzyme" yang dianggap baik ternyata tak disadari mengganggu masyarakat Ibu Kota.

Selain itu, dia menyarankan agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta perlu melakukan penelitian kembali untuk memastikan apakah penggunaan "water mist generator" efektif mengurangi polusi udara.

"Kalau penelitian khususnya bisa labeling dari kementerian, dari dinas, dari pakar, misalnya, seperti ini oke ya kenapa enggak,” katanya.

Baca juga: Tilang uji emisi bisa jadi simpul kemacetan baru
Baca juga: Polisi hentikan tilang uji emisi karena beratkan masyarakat


Wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Sarjoko menuturkan akan memanggil Yayasan Upakara Bhuvana Nusantara untuk memastikan cairan "eco enzyme" aman ketika digunakan untuk mengurangi polusi.

Dia menyampaikan, pemanggilan tersebut rencananya dilakukan pada pekan ini. “Selanjutnya untuk tindak lanjutnya minggu ini akan kami undang yayasan tersebut untuk paparan di DLH DKI,” ujar Sarjoko.

Sebelumnya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Yayasan Upakara Bhuvana mendatangi Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk mengusulkan inovasi penanganan polusi udara lewat penyemprotan eko-enzim yang terbuat dari sisa kulit buah.

"Jadi nanti kita pasok eko-enzim-nya dari komunitas kami. Tapi ke depannya kami meminta seluruh masyarakat untuk membuat sendiri.

"Jadi nanti mengurangi limbah organik yang tadinya 65 persen untuk tidak perlu datang ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA)," kata Ketua Yayasan Upakara Bhuvana Nusantara, Sugeng Waluyo di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat.
Baca juga: DLH DKI: "Water mist" efektif kurangi polusi udara
Baca juga: Wali kota sosialisasikan "water mist" kepada 136 pemilik gedung tinggi

Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023