Memang harus ada darah Indonesia untuk bisa memainkan Indorock dengan jiwa
Musisi Hans Bax saat ditemui di Den Haag, Belanda, akhir Agustus 2023. (ANTARA/Ahmad Faishal)


Hamburg dan The Beatles

Baik Hans dan Eddy, sama-sama telah merasakan manis getir kehidupan musisi lintas-klub malam di Eropa, utamanya di Jerman. Pada akhir era ’50-an menuju pertengahan era ’60-an, klub-klub malam yang menampilkan aksi band-band rock ’n roll memang membanjiri kawasan distrik merah Jerman Barat kala itu.

Salah satu wilayah di Jerman yaitu Hamburg menjadi surga bagi banyak klub legendaris di antaranya Kaiserkeller, Indra Club, Star Club, dan Top Ten Club. Di beberapa tempat tersebut, band The Beatles pernah mencicipi susahnya menjadi bintang rock ’n roll kala John Lennon dkk masih berusia belasan tahun dan mesti mengenakan jaket kulit ketat. Mereka belum tampil necis dan perlente seperti yang kemudian dikenal publik secara luas.

Soal The Beatles dan klub malam di Jerman, Eddy bercerita bahwa dia dan rekan-rekannya juga pernah bermain di salah satu klub di Hamburg yaitu Kaiserkeller.

“Kami main di Kaiserkeller dan saat itu The Beatles sedang bermain di Top Ten Club. Kalau tidak salah sekitar tahun 1961. Mereka bermain bersama musisi Tony Sheridan. Menurut saya, The Beatles pasti kenal dengan band-band Indorock saat itu,” jelas Eddy.

Mengenai Indorock dan kehadiran The Beatles pada awal karier band asal Liverpool itu di Hamburg memang menjadi bahan perbincangan menarik yang belum berhenti hingga detik ini.

Banyak pihak beranggapan bahwa pada masa itu The Beatles mendapatkan inspirasi dari band-band Indorock yang sudah lebih dulu mendulang popularitas di Eropa. Tetapi, tidak sedikit pula yang meragukan klaim tersebut karena hingga kini belum ada penjelasan komprehensif atau penelitian bersifat empiris yang menjelaskan konteks keterikatan keduanya.

“Faktanya, memang waktu itu banyak band Inggris yang belum mendapatkan penghasilan besar. Berbeda dengan kami yang sudah punya banyak uang. Setelah itu, barulah The Beatles dikenal oleh seluruh dunia,” kenang Eddy.
Musisi Hans Bax saat ditemui di Den Haag, Belanda, akhir Agustus 2023. (ANTARA/Ahmad Faishal)

Senada dengan Eddy, Hans Bax mengatakan bahwa kepopuleran The Beatles meroket amat cepat usai band tersebut menguji nyali di Jerman selama beberapa tahun.

“Sewaktu The Beatles mulai populer, bisa dikatakan pamor Indorock mulai meredup dan turun. Orang-orang bisa lebih menerima The Beatles daripada kami. Pada masa itu, ada juga band-band Indorock yang beralih memainkan musik seperti The Beatles. Sedangkan kami yang merupakan generasi awal Indorock, tetap berakar pada musik keroncong,” imbuh Hans.

Secara pribadi, Hans mengakui bahwa dirinya tidak mengenal para personel The Beatles yaitu John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr -- sebelumnya ada satu nama lain yang memperkuat band ini pada penampilan mereka di Jerman yaitu pemain drum Pete Best, kala para musisi Inggris itu bermain di Jerman pada tahun 1961.

Meski demikian, Hans masih mengingat banyak momentum unik dan tak terbayangkan kala masih menjejakkan kaki dari satu klub malam ke klub malam lain untuk mendulang pundi-pundi uang sebagai bintang rock. Termasuk pula ketika banyak gadis Jerman yang mendekati dia dan rekan-rekan satu band.

“Wajah-wajah keturunan Indo-Belanda adalah favorit bagi gadis-gadis Jerman. Apalagi kalau ada laki-laki berwajah seperti saya dengan sedikit kumis, cambang, atau berewok. Pasti langsung dikejar-kejar,” ucap Hans yang ditingkahi tawa bersama Eddy.

Perkelahian demi perkelahian juga menjadi santapan rutin Hans dan Eddy kala mesti tampil menghibur penikmat dansa di klub malam.

“Saya ingat pernah main di klub dengan penonton yang terbagi dua sesuai penggolongan warna kulit pada zaman itu. Kalau kami mainkan musik soul, kelompok sebelah kiri senang bukan kepalang. Sedangkan bila kami mainkan musik western, giliran kelompok kanan gembira. Pada akhirnya seringkali muncul perkelahian di klub,” kenang Hans.
Musisi Hans Bax tengah memainkan gitar saat ditemui di Den Haag, Belanda, akhir Agustus 2023. (ANTARA/Ahmad Faishal)

Lebih lanjut Hans mengingat bahwa pernah satu kali dia bermain di hadapan sekitar 200 orang penonton di sebuah klub malam. Tiba-tiba saja masuk sebanyak 15 orang polisi militer berbadan tegap yang mengacungkan senjata dan menembaki orang-orang di sana.

“Itu mengerikan sekali. Dalam waktu 10 menit, klub malam itu langsung sepi. Semua orang di klub sudah tidak ada,” kenang Hans.

Baca juga: Band Indorock Orchest Stamboel rilis klip video perdana

Baca juga: Slank kemas lagu "Catatan Si Boy" dengan aransemen rock yang khas

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023