Gene tengah mengisahkan perjalanan hidup Paul McCartney dan keluarganya yang tinggal di Forthlin Road 20. (ANTARA/Ahmad Faishal)

“Mary sangat menyukai rumah sederhana di Forthlin Road 20 dan menilai rumah itulah yang terbaik dari yang pernah mereka tempati. Sayang, dia tidak bisa merasakan kehangatan lebih lama bersama keluarganya di rumah tersebut. Mary berpulang akibat kanker payudara pada Oktober 1956 ketika sang anak Paul berusia 14 tahun dan Mike berusia 12 tahun,” terang Gene.

Gene bercerita bahwa Paul dan Mike menangis berhari-hari sejak mangkatnya sang ibu. Berbulan-bulan kemudian, mereka masih berharap bahwa Tuhan mengubah rencanaNya dan mengembalikan Mary ke dunia.

Perlahan, Paul mulai menjalani kehidupan dengan batin yang tergores luka kesedihan dan menumpahkan hal itu bersama teman-teman yang dia undang ke ruang tamu rumahnya. Paul, John Lennon, dan belakangan bergabung pula George Harrison, bahu-membahu menuangkan setiap helai ide kreatif mereka dalam menuliskan lirik serta mengaransemen musik.

Maka, anthem klasik semacam “She Loves You”, “I Saw Her Standing There”, dan “Love Me Do” adalah buah kolaborasi mereka dari ruang tamu yang hangat di Forthlin Road 20.

“Faktanya,” buka Gene ketika Mykola dan rombongan sudah kembali duduk di dalam kabin mesin waktu, “Banyak sekali lagu hit The Beatles yang ditulis di Forthlin Road dan Mendips. Aku akan memutarkan salah satu lagu yang diciptakan di rumah tadi. Aku harap kalian semua bernyanyi bersama!”

Well, she looked at me, and I, I could see
That before too long, I'd fall in love with her
She wouldn't dance with another (Woah)
When I saw her standing there


Semua orang di dalam kabin bertepuk tangan kecil mengikuti cabikan melodi gitar George Harrison di lagu “I Saw Her Standing There”. Seolah tak ingin kehangatan suasana memudar, Gene langsung menyambar dua lagu berikutnya yaitu “Hey Bulldog” dan “All You Need Is Love”.

Dia lantas berujar keras, “Semuanya berteriak bersama!”

Love, love, love
Love, love, love
Love, love, love

(Love) Nothing you can make that can't be made
(Love) No one you can save that can't be saved
(Love) Nothing you can do, but you can learn how to be you in time
It's easy

All you need is love
All you need is love
All you need is love, love
Love is all you need


Mykola yang turut melepaskan suara lapis ketiga pada nada G mayor masih merasa berapi-api selama beberapa menit selanjutnya, kala deret lagu yang dimainkan Gene di dalam kabin bergeser ke lagu dengan tipikal melankolis bertajuk “And I Love Her” dan “You Won’t See Me”.

Akhir petualangan

Berbekal raut wajah sendu, Gene menjelaskan dengan perlahan kepada semua orang bahwa petualangan menembus sekat ruang dan waktu pada hari itu akan segera menuju garis akhir. Selama beberapa detik, terdengar gumaman kekecewaan yang dibuat-buat berbalut senyuman dari para penghuni kapsul waktu.

Meski turut kecewa, namun Mykola juga berbesar hati dengan berjuta kesenangan yang membuncah di dalam dada. Dia masih menyimak beberapa penjelasan pamungkas dari Gene yang menyebutkan lokasi Art College tempat John Lennon menimba ilmu seni lantas bertemu istri pertama yaitu Cynthia Powell, serta lokasi Liverpool Institute yang merupakan sekolah Paul McCartney.
Pemandu tur wisata "Magical Mystery Tour Bus" Gene tengah berpose usai menjalankan tugasnya. (ANTARA/Ahmad Faishal)


“Sebelum mengakhiri petualangan kali ini, aku ingin bertanya apakah semua orang di sini merasa senang?” tanya Gene.
Yeahhh, tentu!” jawab seluruh penghuni kabin “Mesin Waktu Misteri Magis”.

Maka, lagu romantis berbalut gitar akustik sederhana berjudul “I Will” dengan latar suara Paul McCartney pun membahana dan membuat suasana di dalam kabin semakin menghangat. Jentik jemari Mykola saling memagut dan dia bersiul riang pada setiap bagian chorus lagu tersebut.

Di sebelah kanan, Mykola lalu melihat papan besar bertuliskan University of Liverpool yang memantulkan sinar mentari senja dari arah kiri. Sambil tetap menikmati bait demi bait lagu, Mykola berjanji di dalam hati bahwa dia akan membawa dan membagikan perasaan bahagia itu kepada kedua orang tua tersayang sesampai di hotel nanti.

Lalu ketika lagu "Love Me Do" mengalun menuju akhir perjalanan, Mykola tengah berpikir bahwa kota pelabuhan itu sesungguhnya masih menyimpan berjuta cerita dan kenangan mengenai masa lalu keempat sekawan The Beatles yang dia idolakan. Dia pun berharap suatu hari nanti akan kembali ke Liverpool dan menikmati setiap jengkal sudut kota, kemudian pulang untuk menebarkan sejuta pesan perdamaian ke orang-orang di Kharkiv.
Pengemudi bus tur wisata "Magical Mystery Tour Bus" Allan tengah berpose dari balik kemudi usai menjalankan tugasnya. (ANTARA/Ahmad Faishal)

“Mesin Waktu Misteri Magis” mendesis dan membenamkan roda-roda besarnya di tepian Lord Street. Usai melontarkan ribuan kata terima kasih kepada Gene dan Allan, Mykola berjalan perlahan menjauhi keramaian.

Tiba-tiba saja kedua bola matanya melihat sebuah papan penunjuk jalan bertuliskan Mathew Street. Di bawah papan tersebut, tertempel sebuah poster berwarna putih berukuran setengah meter dengan tulisan kapital warna hitam:

Mathew Street 10, Cavern Club. Tempat The Beatles memulai karier brilian mereka sebelum menjelma menjadi super grup dunia.

Mykola Lyubomyr berdehem, menaikkan ritsleting jaket olahraga kesayangannya, lantas mulai menyusuri tepian jalanan menuju Mathew Street 10.

*Catatan: Sosok Mykola Lyubomyr dan keluarganya adalah karakter rekaan. Sedangkan pemandu tur Gene dan pengemudi Allan bekerja untuk paket wisata “Magical Mystery Tour Bus” di Liverpool, Inggris Raya. Tulisan dibuat berdasarkan pengalaman penulis kala mengikuti tur tersebut pada Sabtu, 26 Agustus 2023.

Baca juga: Kisah manis dua pendekar gitar terakhir Indorock di Negeri Belanda

Baca juga: Susuri Reeperbahn, G-Pluck manggung di klub awal karier The Beatles

Baca juga: Tebar misi budaya, G-Pluck meriahkan "Pasar Senggol" di Jerman

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023