Liverpool (ANTARA) - Tak terbayangkan sebelumnya bagi Mykola Lyubomyr akan merasakan pengalaman yang begitu intim dengan rumah masa kecil para pahlawan musiknya yaitu The Beatles. Bagi dia, sosok John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr adalah jagoan bermusik yang mendapatkan tempat istimewa di hati sejak sang ayah memperdengarkan album "With The Beatles" ketika Mykola berusia 3 tahun.

Dari album “With The Beatles” itulah, Mykola cilik mulai mempelajari kunci gitar lagu versi cover “Devil in Her Heart” dan “Till There Was You”, serta gemar mengentakkan kaki mengikuti dansa “Roll Over Beethoven”.

Selepas tamat mendengarkan album tersebut pada usia 7 tahun, Mykola makin gemar mendengarkan karya-karya The Fab Four. Dia lantas melumat habis lagu-lagu dari album “Please Please Me” hingga “Let It Be” lewat koleksi cakram padat milik sang ayah hingga milidetik ini.

Dan siang ini di tepian jalan Kota Liverpool yang sederhana, Mykola tengah mewujudkan salah satu impian yaitu menapaki jejak demi jejak para personel The Beatles lewat sebuah perjalanan istimewa menembus masa bersama “Mesin Waktu Misteri Magis”.

Usai menjejakkan kaki di Penny Lane, Mykola dan puluhan orang di dalam “Mesin Waktu Misteri Magis” bersiap untuk melanjutkan petualangan ke rumah masa kecil pemetik gitar flamboyan George Harrison di kawasan Arnold Grove, Wavertree.

Begitu melompat dari dalam kapsul waktu, Mykola segera berlari kecil untuk menyusuri gang-gang sempit yang dipenuhi berbagai mobil minibus yang terparkir secara berantakan. Ujung jalanan yang dia susuri rupanya memiliki dinding pembatas alias buntu.
Para peserta "Magical Mystery Tour Bus" mengabadikan momentum dengan berfoto di depan rumah masa kecil pemain gitar The Beatles, George Harrison. (ANTARA/Ahmad Faishal)
Dia mencermati fasad bangunan tingkat bersambung dengan susunan batu bata merah di hadapannya. Terdapat sebuah pintu berwarna putih berjendela kecil dengan angka 12 pada bagian atas, lengkap dengan jendela ventilasi. Di sebelah pintu putih tersebut, terdapat sebuah jendela dengan tingkap empat yang tertutup kerai putih bersih. Di atas jendela tersebut, terdapat sebuah jendela lain model dua tingkap yang berukuran lebih kecil. Itulah rumah kelahiran si bungsu George Harrison dari empat bersaudara keluarga pasangan Harold dan Louise.

“George tumbuh di rumah ini hingga usia 7 tahun. Hanya ada dua kamar di bawah dan di atas yang berukuran sangat kecil. George bercerita bahwa dia pernah membayangkan tahun-tahun awal kehidupannya yang sarat dengan aroma peperangan di kawasan ini,” ungkap Gene dengan suara tertahan seolah ‘peperangan’ adalah kata yang sangat tabu untuk terucapkan.

Gene, Mykola, dan rombongan “Mesin Waktu Misteri Magis” hanya menghabiskan waktu tak lebih dari 5 menit di lingkungan Arnold Grove karena rintik hujan mulai turun. Maka, rombongan para petualang waktu itu pun segera bertolak menuju kapsul istimewa mereka yang masih menderu di tepian jalanan.

Personel kelima

Baru saja Mykola melangkah masuk ke kapsul waktu dan mengambil posisi duduk dengan nyaman, sebuah lagu berkumandang memenuhi seisi kabin dengan iringan kalimat pembuka dari Gene.

Mykola memperhatikan bahwa suasana di dalam kabin mulai terasa lebih hangat karena orang-orang yang sebelumnya tidak saling mengenal, kini asyik berbincang satu sama lain sembari menggerakkan bentuk bibir yang sama ketika melantunkan larik demi larik lagu.

Begitu pula dengan Mykola yang sangat hapal dengan dua lagu yang diputar tersebut, utamanya “Eight Days A Week”.

Ain't got nothin' but love babe,
Eight days a week.
Love you ev'ry day girl,
Always on my mind.
One thing I can say girl


“Kita akan melewati sebuah rumah. Coba alihkan pandangan kalian ke rumah berwarna putih di sebelah kiri. Itu adalah rumah Brian Epstein yang tinggal bersama ayah, ibu, dan adiknya Clive. Dia tinggal di sana hingga berusia 21 tahun, “ potong Gene di sela-sela lagu.

Brian Epstein lahir dari keluarga terpandang pasangan Harry dan Malka Epstein yang memiliki bisnis furnitur di Liverpool. Belakangan, bisnis keluarga itu melesat hingga mampu mengakuisisi sebuah toko rekaman musik bernama North End Road Music Store yang populer dengan akronim NEMS. Pada usia ke-21 tahun, Brian didapuk menjadi manajer toko rekaman musik tersebut yang telah melebarkan sayap usaha hingga ke kawasan Whitechapel 12-14, Liverpool.

Pada sebuah Sabtu siang tanggal 28 Oktober 1961, seorang pemuda berjaket kulit dan bercelana jins membuka pintu toko Whitechapel lalu melangkah masuk. Dengan penuh percaya diri, pemuda berusia 18 tahun bernama Raymond Jones itu menghampiri meja gerai tempat Brian Epstein bekerja.

Baca juga: Petualangan Mykola dan Mesin Waktu Misteri Magis (bagian kesatu)

Baca juga: Menyelisik koleksi musik lintas zaman di kota pelabuhan Inggris

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023