supaya pariwisata maritim di Pulau Seribu lebih memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB University Yonvitner menilai pengembangan kawasan pulau seribu untuk wisata berbasis konservasi memajukan ekonomi biru di DKI Jakarta, sehingga harus dipertahankan.

Apalagi, konsep ekonomi biru di Ibu Kota saat ini sangat mendesak untuk diimplementasikan guna menjaga lingkungan serta memajukan pemberdayaan masyarakat di pesisir.

"Wisata berbasis konservasi di Pulau Seribu ini harus dipertahankan. Jangan sampai reklamasi dilegalkan karena akan merusak ekosistem, sumber daya, serta ekonomi masyarakat di Jakarta," ujar Yonvitner di Jakarta, Kamis.

Adapun Kepulauan Seribu telah menjadi Pusat Konservasi Ekologi melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1042 Tahun 2018 tentang Daftar Kegiatan Strategis Daerah (KSD).

Selain mempertahankan konservasi Pulau Seribu, Yonvitner menyebutkan penerapan budidaya laut serta industri bioteknologi juga harus ditingkatkan untuk mendorong ekonomi biru, khususnya kehidupan pesisir di Jakarta.

Budidaya udang vaname di laut dangkal, budidaya karapu, lobster, serta rumput laut, merupakan contoh budidaya laut yang bisa dikembangkan di Jakarta. Sementara budidaya ganggang untuk bioteknologi laut sangat bagus untuk dikembangkan di Ibu Kota.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan penerapan ekonomi biru melalui pariwisata maritim di Jakarta, khususnya kawasan konservasi Kepulauan Seribu, harus terus didorong karena memiliki potensi besar bagi warga pesisir.

Potensi dimaksud karena banyaknya warga Jakarta yang memiliki pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) tinggi untuk berwisata. Dengan demikian potensi tersebut harus bisa diserap oleh Pulau Seribu yang lebih dekat dengan penduduk Jakarta.

"Namun perlu didorong bagaimana supaya pariwisata maritim di Pulau Seribu lebih memperhatikan aspek lingkungan dan keberlanjutan, dengan menerapkan prinsip yang tidak merusak alam dan meminimalisir dampak terhadap lingkungan, terutama dari sisi limbah," kata Faisal.

Langkah mempertahankan wilayah konservasi Pulau Seribu harus terus didorong guna mendukung lima kebijakan ekonomi biru jangka panjang Indonesia yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada awal tahun ini.

Kelima kebijakan tersebut yaitu penambahan luas kawasan konservasi laut, penangkapan ikan terukur berbasis kuota, pengembangan budi daya laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan, pengelolaan dan pengawasan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta pengelolaan sampah plastik di laut melalui gerakan partisipasi nelayan.

Tak hanya di Tanah Air, berbagai negara kepulauan lainnya di dunia yang tergabung dalam Forum Negara-negara Kepulauan dan Pulau (Archipelagic and Island States /AIS) turut menyoroti implementasi ekonomi biru, sehingga dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) AIS Forum 2023 ekonomi biru menjadi salah satu dari tiga subtema.

Subtema Ekonomi Biru (Blue Economy) bertujuan untuk menjadikan ekonomi biru sebagai penggerak, pemulihan dan transformasi ekonomi negara pulau/kepulauan untuk membangun penghidupan masyarakat yang berprinsip pada kelestarian lingkungan dan keberlanjutan.

Sementara terdapat pula subtema Laut Kita, Masa Depan Kita (Our Ocean, Our Future) yang bertujuan untuk menegaskan keprihatinan atas ancaman nyata perubahan iklim yang berdampak pada masa depan laut dan masa depan penduduk negara pulau dan kepulauan di seluruh dunia.

Di sisi lain, subtema Solidaritas (Solidarity) bertujuan untuk menekankan tiga prinsip utama, yaitu saling ketergantungan, saling membantu, dan saling menguntungkan. Ketiga prinsip tersebut diadaptasi dari konsep gotong royong.

Baca juga: DFW: Wisata bahari berpotensi jadi penopang ekonomi biru di Jakarta

Baca juga: Kemenko Marves: Kerja sama di KTT AIS didorong oleh kesamaan geografis

Baca juga: Media Center KTT AIS Forum siap tampung 500 jurnalis lokal dan asing

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023