Washington (ANTARA) - Bank Dunia pada Kamis (28/9/2023) mengusulkan langkah-langkah yang akan meningkatkan pinjamannya kepada negara-negara berkembang sebesar tambahan 100 miliar dolar AS selama satu dekade, sebagai bagian dari proses reformasi berkelanjutan yang bertujuan membantu bank tersebut memperluas misinya untuk mencakup perubahan iklim.

Dalam laporan setebal 24 halaman kepada komite gabungan menteri yang mengawasi bank tersebut dan Dana Moneter Internasional (IMF), manajemen bank mengatakan akan meminta pemegang saham untuk menyetujui ukuran modal campuran dan platform jaminan portofolio baru yang bersama-sama dapat meningkatkan pinjaman sebesar lebih dari 100 miliar dolar AS.

Jumlah tersebut merupakan tambahan dari langkah-langkah yang telah disetujui yang akan meningkatkan pinjaman bank tersebut ke negara-negara berkembang hingga 50 miliar dolar AS – yang merupakan bagian dari upaya besar yang dipimpin AS untuk menciptakan “bank yang lebih baik dan lebih besar.”

Laporan tersebut, yang diterbitkan menjelang pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia pada 9-15 Oktober di Marrakesh, Maroko, memuat jejak jelas dari Presiden Bank Dunia yang baru, Ajay Banga, yang mulai menjabat pada Juni.

Hal ini mencerminkan meningkatnya urgensi yang diungkapkan oleh pemegang saham terbesarnya, Amerika Serikat, mengenai penciptaan alternatif yang kredibel bagi negara-negara berkembang terhadap apa yang Washington anggap sebagai pinjaman bermasalah dari China.

“Masa-masa luar biasa memerlukan tindakan segera dan solusi baru,” tulis bank tersebut dalam laporan tersebut, mengutip meningkatnya ketegangan geopolitik, ancaman nyata dari krisis iklim, dan kemunduran dalam upaya global untuk mengentaskan kemiskinan.

“Kita perlu mengembangkan ambisi kita, memperkuat solusi kita, dan meningkatkan pembiayaan kita untuk mencapai hal tersebut.”

Bank Dunia mengatakan untuk mencapai tujuan pembangunannya akan memerlukan "peningkatan signifikan" dalam pembiayaan dengan meningkatkan pembiayaan dari berbagai sumber sambil mempertahankan pinjaman berbunga rendah atau tanpa bunga, yang juga dikenal sebagai pembiayaan konsesi.

Selain langkah-langkah yang diusulkan pada modal hibrida dan jaminan portofolio, bank tersebut mengatakan pihaknya juga meningkatkan batas jaminan bilateral menjadi 20 miliar dolar AS dari 15 miliar dolar AS, yang akan meningkatkan kapasitas pinjaman dari lembaga pemberi pinjaman utamanya, Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (IBRD) sebesar 5 miliar dolar AS selama satu dekade.

Dikatakan bahwa pihaknya juga sedang menyelesaikan perjanjian jaminan sebesar 1 miliar dolar AS dari Bank Investasi Infrastruktur Asia (Asian Infrastructure Investment Bank) yang dipimpin China, yang selanjutnya akan meningkatkan pinjaman IBRD.

Bank tersebut mengatakan pihaknya telah mencapai kemajuan signifikan dalam rencananya untuk memperluas kemitraan publik dan swasta untuk memanfaatkan lebih banyak pendanaan, dan juga dapat menjangkau lembaga-lembaga non-pemerintah dan filantropi.

Dikatakan bahwa pihaknya juga mengusulkan klausul utang baru yang akan memungkinkan negara-negara untuk sementara waktu menunda pembayaran pokok utang jika terjadi bencana alam yang parah.

Pinjaman dapat diperluas lebih lanjut dengan menggunakan modal bank yang dapat ditarik – dana yang dijanjikan oleh anggota jika terjadi krisis – namun diskusi lebih lanjut diperlukan dengan pemegang saham dan lembaga pemeringkat kredit, tambahnya.


Baca juga: Bank Dunia perkirakan kenaikan kapasitas pinjaman 100 miliar dolar
Baca juga: Kelompok perbankan IIF akan lanjutkan pertemuan tahunan di Maroko

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023