Tokyo (ANTARA News) - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Rabu, bungkam dan menolak memberikan keterangan rinci mengenai tujuan kunjungan mendadak seorang staf utamanya ke Pyongyang.

"Sebagai perdana menteri, saya tidak memiliki tangapan apa pun tentang masalah ini," kata Abe di hadapan komite parlemen, setelah penasehat khusus Isao Iijima tiba di negara komunis itu.

Iijima disambut di bandara di Pyongyang oleh Kim Chol-Ho, wakil direktur Departemen bidang Asia Kementerian Luar Negeri Korea Utara, menurut media Jepang, seperti yang dikutip AFP.

Laporan-laporan pada Rabu penuh dengan spekulasi bahwa Korea Utara berusaha untuk mencairkan hubungan dinginnya dengan Jepang di saat hubungannya dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan tegang setelah uji coba nuklir dan peluru kendali.

Amerika Serikat, bersama dengan dua sekutu Asianya, telah berusaha meningkatkan tekanan pada Pyongyang untuk menjauhkan negara itu dari ambisi nuklirnya dan bergabung dengan masyarakat internasional.

Beijing juga telah mengambil sikap keras terhadap sekutunya yang terkadang bersikap bandel itu, dan melakukan teguran publik yang sangat jarang yang menurut analis sebagai bentuk rasa frustasi terhadap pemerintahan Kim Jong-Un.

Meskipun sikap kerasnya, Abe telah menunjukkan sisi pragmatis terkait hubungan luar negeri. Ia menjangkau ke Korea Selatan dan China di periode pertamanya yang singkat sebagai perdana menteri.

Pada saat itu ia adalah pewaris politik yang dipilih untuk menggantikan Junichiro Koizumi yang sangat populer, yang berkunjung ke Pyongyang untuk melakukan pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il pada bulan September 2002 dan Mei 2004.

Utusan khusus Iijima diketahui telah memainkan peran dalam mengatur perjalanan-perjalanan itu - yang didampingi oleh Abe - dan dipandang telah memiliki jaringan sendiri di Korea Utara.

Pendapat populer Korea Utara di Jepang diwarnai oleh pengakuan Pyongyang pada 2002 bahwa agen-agennya menculik warga Jepang di tahun 1970 dan 1980-an untuk melatih mata-mata mereka berbahasa dan adat istiadat Jepang.

Beberapa dari mereka yang diculik diizinkan untuk kembali ke Jepang bersama dengan anak-anak yang lahir di Korea Utara, namun Pyongyang mengatakan yang lainnya telah meninggal dunia.

Namun, banyak rakyat Jepang yang percaya Korea Utara masih menahan beberapa orang yang tersisa dan penolakan Pyongyang untuk jujur telah menghambat upaya untuk menormalkan hubungan.

Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, yang juga menolak untuk mendiskusikan kunjungan Iijima, mengatakan Tokyo bersikap teguh pada misinya untuk menyelesaikan isu penculikan serta ancaman militer Korea Utara.

"Kebijakan Jepang terkait Korea Utara sudah jelas. Dengan dialog dan tekanan, kita bekerja menuju resolusi komprehensif dari berbagai masalah, seperti penculikan, masalah nuklir dan peluru kendali," kata Suga dalam konferensi pers rutin.

"Khususnya, penculikan adalah subjek prioritas yang harus kami, sebagai pemerintah, selesaikan," katanya, seperti yang dilaporkan AFP.


Penerjemah: GNC Aryani

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013