saya juga berharap dapat membangun jembatan komunikasi antara China dan Indonesia
Hangzhou (ANTARA) - Pada Asian Games Hangzhou yang baru saja berakhir, terdapat 37.600 sukarelawan yang sibuk melayani para atlet, ofisial, dan penonton, memberikan kontribusi besar bagi penyelenggaraan Asian Games kali ini dengan lancar dan sukses.

Di antara begitu banyak sukarelawan, terdapat seorang gadis bernama Kesia Pabula yang berasal dari Indonesia. Sebagai mahasiswa senior dari jurusan psikologi dan ilmu perilaku di Universitas Zhejiang, dia bertanggung jawab menangani kartu pers (media pass) di pusat media utama.

Fasih berbahasa Mandarin, Indonesia, dan Inggris, serta memancarkan antusiasme dan vitalitas, Kesia meninggalkan kesan yang kuat di mata orang lain, dan terbukti sangat membantu selama gelaran Asian Games.

Di pusat media utama, dia sering membantu awak media asal Indonesia dan memberikan layanan penerjemahan untuk ofisial Indonesia saat acara-acara resmi.

"Beberapa pihak media dari Indonesia awalnya tidak menyadari bahwa saya adalah orang Indonesia dan mengira saya warga China yang sedang belajar bahasa Indonesia," kata Kesia, sebagaimana diwartakan Xinhua pada Senin.

Berbicara tentang kemampuan bahasa Mandarin yang dimilikinya, latar belakang keluarga Kesia memiliki peran penting.

Karena ayahnya menjalankan bisnis di Xiamen, Provinsi Fujian, China tenggara, Kesia pindah dari Indonesia ke Xiamen saat dirinya duduk di bangku sekolah dasar dan menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dan menengahnya di sana.

"Ketika saya pertama kali tiba di Xiamen, saya tidak bisa berbahasa Mandarin, jadi semuanya terasa sulit. Namun setelah delapan tahun, saya justru merasakan ikatan kuat dengan Xiamen saat meninggalkan kota tersebut," ujar Kesia.

Dia kembali ke Jakarta bersama ayahnya untuk melanjutkan studi hingga dia memutuskan menempuh pendidikan sarjananya di China.

"Sebelumnya saya pernah mengunjungi Hangzhou sebagai wisatawan, begitu juga dengan kota-kota seperti Beijing dan Shanghai, tetapi saya lebih menyukai Hangzhou. Apalagi saya ingin menjelajahi kota-kota lain selain Xiamen, jadi saya memutuskan untuk mendaftar ke Universitas Zhejiang," tutur perempuan berusia 22 tahun itu, yang merasa nyaman tinggal di China.

Meski Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games 2018, saat itu Kesia tidak bisa berpartisipasi. "Jadi ketika saya mendengar bahwa Hangzhou akan menjadi tuan rumah Asian Games, saya mendaftarkan diri," ungkapnya.

Belakangan ini, dia dan rekan-rekannya telah membantu awak media dari berbagai negara, memecahkan berbagai masalah, dan mendapatkan banyak teman baru. Meski melelahkan, Kesia merasa pencapaiannya lebih signifikan.

"Makanan di sini enak sekali. Saya suka mi. Kami merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur bersama-sama, dan itu membuat saya sangat bahagia. Apalagi di sini saya bisa membuat lebih banyak warga Indonesia memahami China."

Menurut Kesia, "Ayah saya terlibat dalam perdagangan China-Indonesia, jadi saya juga berharap dapat membangun jembatan komunikasi antara China dan Indonesia."

Saat ini, Kesia menjabat Sekretaris Jenderal Pusat Pelajar Indonesia di China. Dia kerap membantu pengusaha Indonesia dan China dalam menemukan penerjemah yang tepat dan membantu mereka menjalankan pekerjaan antara kedua negara.

"Meski peran saya kecil, saya berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam komunikasi antara kedua negara di masa depan," ujarnya.

Tugas Kesia di pusat media utama yang dimulai pada 9 September akan berakhir pada 9 Oktober.

"Saya masih ingat momen dalam upacara pembukaan saat kontingen China dan Indonesia masuk. Saya sangat bersemangat. " kata Kesia, "Sebentar lagi saya akan menyelesaikan tugas saya sebagai sukarelawan, dan rasanya enggan untuk pergi."

Kendati demikian, Kesia tahu bahwa kisahnya dengan China akan semakin menarik di masa depan.

 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023