perlu ditanamkan sikap positif dalam berbahasa Indonesia, yakni setia bahasa, bangga bahasa, dan sadar bahasa.
Banjarmasin (ANTARA) - Sepanjang tahun 2023, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dengan kampus berlokasi di Banjarmasin dan Banjarbaru, Kalimantan Selatan, secara progresif menambah guru besar yang jumlahnya meningkat signifikan.

Tercatat hingga saat ini sudah 114 orang guru besar dimiliki oleh perguruan tinggi negeri (PTN) berakreditasi unggul di Kalimantan Selatan itu. Jumlahnya melesat dibandingkan tahun lalu yang "hanya" 72 orang.

Dari deretan guru besar yang baru dikukuhkan oleh Rektor ULM Prof. Ahmad Alim Bachri, satu nama berhasil menciptakan sejarah sebagai perempuan Profesor Bahasa Indonesia pertama di ULM sejak berdirinya kampus 21 September 1958.

Dia adalah Prof. Dr. Rusma Noortyani, M.Pd., guru besar baru yang dikukuhkan dengan orasi ilmiah berjudul "NaraMedia sebagai Media Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan 'Culturally Responsive Teaching' (CRT)".

Menunggu ULM berusia 65 tahun bukanlah waktu yang sebentar hingga akhirnya memiliki Guru Besar Bahasa Indonesia dari seorang perempuan dosen.

Saat ini Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ULM hanya memiliki seorang guru besar bidang Wacana Bahasa Indonesia, yakni Prof. Jumadi.

Beberapa orang Guru Besar Bahasa Indonesia di FKIP ULM telah pensiun dan semuanya adalah laki-laki.

Alhasil, Rusma kini tercatat sebagai perempuan Guru Besar Bahasa Indonesia pertama di PBSI FKIP ULM sekaligus perempuan pertama yang juga dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (PBS) FKIP ULM yang mencakup tiga program studi, yaitu Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Pendidikan Seni Pertunjukan.

Menjadi pencipta sejarah tentu membuat Rusma bersyukur dan para koleganya termasuk seluruh mahasiswa Program Studi PBSI turut bangga atas pencapaian sang dosen idola mereka yang dikenal ramah dan rendah hati itu.

Rusma berharap capaian terbaiknya saat ini bisa menginspirasi banyak perempuan dosen, agar terus semangat dengan motivasi tinggi guna meraih guru besar sebagai supremasi seorang pengajar di sebuah perguruan tinggi.
Prof. Dr. Rusma Noortyani, S.Pd., M.Pd. bersama kedua putrinya. ANTARA/Firman


Lahir dari rahim ULM

Dikukuhkannya Rusma Noortyani sebagai Guru Besar Bahasa Indonesia, itu menorehkan catatan spesial selain dirinya sebagai perempuan dosen pertama.

Dia merupakan akademikus yang murni lahir dari rahim ULM sejak menjadi mahasiswi di PBSI FKIP hingga diangkat sebagai dosen.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMKN 4 Banjarmasin jurusan Perhotelan tahun 1997, Rusma kuliah dengan mengambil Program S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID) FKIP ULM hingga lulus tahun 2001.

Nilai terbaik dengan lama studi 3,5 tahun meraih sarjana menjadi bekalnya melanjutkan Program Magister PBSID ULM hingga lulus 2004 dan tahun yang sama mengikuti tes seleksi CPNS sebagai dosen. Sejak Januari 2005 telah menerima SK CPNS di almamater tercinta.

Kemudian gelar akademik tertinggi, yakni Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia berhasil diraih tahun 2015 di Universitas Negeri Malang, menjadikan Rusma meraih titel doktor paling cepat pada angkatannya.

Sejak bergelar doktor inilah, motivasinya semakin kuat untuk bisa meraih jabatan akademik guru besar dengan linieritas pendidikan yang ditempuh bidang Bahasa Indonesia.

Tahun 2019 wanita kelahiran Banjarmasin, 14 Juni 1979 ini menduduki jabatan fungsional lektor kepala. Selang 4 tahun berjuang menuju guru besar setelah resmi menyandang gelar doktor.

Dalam kurun waktu 1 windu, Rusma secara konsisten meningkatkan kualitas pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi hingga menghasilkan banyak karya, mulai artikel ilmiah hingga buku.

Selama 5 tahun terakhir, ibu dari Adhwa Ramadhina dan Reany Fathinah Nuraini ini berhasil menerbitkan empat buku dan 13 karya ilmiah dengan mengantongi hak kekayaan intelektual (HKI).

Kemudian 13 artikel ilmiah dalam jurnal nasional dan internasional serta empat penelitian dan lima kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dibiayai kampus.

Jabatan fungsional sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pun akhirnya diraih setelah melalui proses panjang, diiringi ikhtiar dan doa dengan penuh kesungguhan.

Bagi Rusma, ini sebagai pencapaian pengembangan diri dalam bidang keilmuan hingga sampai ke titik perolehan jabatan akademik guru besar.
Prof. Rusma Noortyani bersama keluarga besarnya. ANTARA/Firman



Menciptakan NaraMedia

Bidang atau mata pelajaran Bahasa Indonesia kerap dianggap sepele oleh sebagian siswa di sekolah.

Bahasa Indonesia acap dianggap mudah lantaran merupakan bahasa nasional yang telah dikuasai sejak kecil selain bahasa daerah.

Namun faktanya, hasil ujian siswa jarang mendapatkan nilai sempurna pada Bahasa Indonesia.

Berbeda dengan mata pelajaran lain seperti Matematika ataupun Bahasa Inggris yang justru dianggap susah, malah kerap berhasil diselesaikan siswa dengan nilai sempurna.

Rusma menegaskan Bahasa Indonesia wajib dipelajari secara sungguh-sungguh jika ingin menguasainya secara komprehensif.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dirancang agar siswa mampu memahami tata bahasa (kaidah) dan menguasai empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Kemudian ada fenomena keberterimaan suatu kata justru masyarakat lebih mengenal duluan bahasa asing daripada Bahasa Indonesia. Contohnya, loudspeaker yang dalam Bahasa Indonesia pelantang. Online sebenarnya lebih tepat daring atau singkatan dari dalam jaringan.

Ada lagi download yang mengalahkan kata unduh istilah dalam Bahasa Indonesia. Laundry yang harusnya binatu serta efektif dan efisien yang lebih populer ketimbang mangkus dan sangkil. Alhasil, Bahasa Indonesia seakan asing di negaranya sendiri.

Oleh karena itu, Rusma berharap agar selalu ditanamkan sikap positif dalam berbahasa Indonesia, yakni setia bahasa, bangga bahasa, dan sadar bahasa.

Untuk meningkatkan minat belajar siswa dan membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik khususnya terhadap pendidikan Bahasa Indonesia, Rusma pun menciptakan aplikasi NaraMedia yaitu penerapan mobile learning mengacu pada pembelajaran daring yang menggunakan gawai.

NaraMedia berisikan fitur berupa daftar materi seperti materi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan pendekatan budaya.

Penggunanya dapat memilih salah satu materi untuk dipelajari dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja tanpa dibatasi oleh jenis kelamin dan usia serta terbukanya akses, baik pada pendidikan formal maupun informal guna mendorong tumbuhnya pembelajaran keterampilan berbahasa.
Prof. Rusma Noortyani bersama guru besar lainnya yang dikukuhkan Rektor ULM Prof. Ahmad Alim Bachri. ANTARA/Firman


Jaminan kualitas guru besar

Keberadaan guru besar di sebuah perguruan tinggi, antara lain,  menjadi faktor tingginya jaminan kualitas kampus dalam pelaksanaan mutu pembelajaran, penelitian, publikasi, maupun dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Sebagai dosen dengan jabatan fungsional akademik tertinggi, guru besar memberikan spirit baru bagi rekan dosen lainnya dan mahasiswa untuk menghasilkan karya-karya ilmiah terbaik yang berdampak pada kemajuan bangsa.

Mengingat penting dan strategisnya peran guru besar, ULM pun terus menambah jumlah dosen berstatus profesor. Targetnya, setiap program studi minimal memiliki satu guru besar.

Saat ini ULM memiliki dua program diploma (D-3), 64 program sarjana (S-1), 24 program magister (S-2), sembilan program doktor (S-3), serta lima prodi pendidikan profesi dan enam prodi pendidikan spesialis dengan 33 persen di antaranya telah terakreditasi A dan Unggul.

Adapun 114 guru besar yang tersebar di 11 fakultas telah melebihi 10 persen dari jumlah dosen seribu orang lebih di ULM.

Rektor ULM Prof. Ahmad Alim Bachri menyatakan targetnya, sebanyak 150 guru besar harus dimiliki ULM pada tahun depan.

Berkaca dari potensi sumber daya dosen yang dimiliki, 426 orang di antaranya atau 32,6 persen bergelar doktor, maka target tersebut diyakini sangat realistis.

Pembukaan program studi baru khususnya program doktor menjadi pengembangan nyata dari adanya guru besar sebagai syaratnya.

Sembilan program doktor yang kini telah berjalan yaitu S-3 Ilmu Pertanian, S-3 Studi Pembangunan, S-3 Ilmu Lingkungan, S-3 Ilmu Kedokteran, S-3 Hukum, S-3 Ilmu Manajemen, S-3 Administrasi Pendidikan, S-3 Pendidikan Bahasa Indonesia, dan terakhir S-3 Pendidikan IPS.

Sebanyak 37 ribu mahasiswa ULM kini terjamin kualitas pembelajarannya dengan status akreditasi institusi A dan menjadi satu-satunya PTN di Kalimantan yang masuk klaster mandiri alias terbaik dalam klasterisasi perguruan tinggi tahun 2023 oleh Kemendikbudristek.

ULM pun terus meneguhkan eksistensinya sebagai PTN terbaik dan terbesar di Pulau Kalimantan.

PTN ini mengajak civitas akademikanya  berkontribusi dalam menyokong sumber daya manusia untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.













 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023