Dili (ANTARA News) - Pemenang Hadiah Perdamaian Nobel Jose Ramos Horta, Senin dilantik sebagai perdana menteri baru Timor Leste, dalam satu tindakan yang menimbulkan harapan bagi diakhirinya situasi yang tidak menentu selama berminggu-minggu dan kerusuhan di negara itu. Ramos Horta mengucapkan sumpah singkat untuk mengabdi pada rakyat Timor Leste, disaksikan Presiden Xanana Gusmao, yang mengangkatnya ke posisi itu, Sabtu. Para deputi perdana menteri baru itu, Menteri Pertanian Estanislau da Silva dan Menteri Kesehatan Rui Araujo juga hadir bersama dengan uskup-uskup senior Katolik dan para diplomat. Kantor presiden, seperti ditulis AFP, tempat acara itu dilangsungkan, dijaga oleh sekitar 50 tentara perdamaian asing pimpinan Australia yang dikirim ke Timor Leste untuk memulihkan keamanana setelah negara itu terjerumus dalam kerusuhan Mei lalu. Paling tidak 21 orang tewas dan sekitar 150.000 mengungsi di tengah-tengah baku tembak antara faksi-faksi militer yang bertikai dan polisi serta geng-geng etnik, yang mengamuk di jalan dengan bersenjatakan pedang dan kapak. Mari Alkatiri mengundurkan diri sebagai perdana menteri bulan lalu untuk memikul tanggungjawab atas kerusuhan itu. Ia juga menghadapi pemeriksaan menyangkut tuduhan ia mempersenjatai satu regu pembunuh yang bertugas melenyapkan para lawan politiknya. Alkatiri memecat sekitar 600 tentara dari pasukan militernya yang berkekuatan 1.400 personil Maret lalu setelah mereka memprotes perlakukan yang diskriminatif, yang memicu krisis itu. Kerusuhan Mai itu adalah yang terburuk melanda negara tersebut sejak memutuskan merdeka dari Jakara tahun 1999 dalam satu referendum yang didukung PBB. Ramos Horta meraih hadiah perdamaian Nobel atas kampanyenya yang damai menentang penggabungan wilayah ke Indonesia selama 24 tahun dan menjadi menteri luar negeri sejak wilayah itu memperoleh kemerdekaan dari Indonesia tahun 2002. Ia akan menjadi perdana menteri sampai pemilu yang menurut rencana akan diselenggarakan Mei tahun depan.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006