Posisi itu membuat Indonesia menjadi kawasan masa depan dunia.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat kebijakan maritim Indonesia Harjono Kartohadiprodjo mengatakan bahwa Indonesia saat ini merupakan negara poros maritim dan center of gravity dunia atau titik tumpu masa depan global.

"Posisi itu membuat Indonesia menjadi kawasan masa depan dunia," kata Harjono di Jakarta, Rabu.

Harjono menjelaskan bahwa Indonesia menjadi kawasan masa depan dunia karena keberadaan kekuatan industri dunia yang pada awalnya berada di Benua Eropa dan Amerika Serikat sejak era renaisans (masa peralihan dari Abad Pertengahan ke abad modern di Eropa) atau abad ke-14—ke-17 hingga abad 21 telah beralih ke wilayah Benua Asia, terutama wilayah Asia bagian Timur atau Pantai Barat Lautan Pasifik.

Selain itu, pusat sumber energi yang awalnya berada di Timur Tengah dengan berkurangnya pemakaian fosil energi, akan beralih ke wilayah Pasifik Barat, terutama ke kawasan Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA).

Ia menyebutkan bahan baku masa depan energi baru seperti biofuel (bahan bakar hayati), angin, matahari, kekuatan air, air terjun, pasang surut, dan tambang nikel yang melimpah merupakan bahan baku energi baterai ramah lingkungan yang dimiliki Indonesia.

Secara geografis, menurut Harjono, letak Indonesia berada di antara Benua Australia dan daratan Benua Asia yang merupakan 60 persen populasi dunia. Saat ini wilayah tersebut memiliki perkembangan ekonomi tertinggi di dunia, yang juga merupakan pasar dan kekuatan ekonomi masa depan dunia.

Baca juga: Pengamat: "Political will" jadi kunci bentuk negara maritim maju
Baca juga: Pengamat maritim sarankan buat "ALKI Rest Area"


Indonesia, lanjut dia, juga merupakan pusat jalur pelayaran dunia yang strategis karena terletak di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang merupakan lintasan 60 persen rute dari kapal-kapal niaga dan kapal perang dalam kepentingan politik global negara adidaya dan adikuasa.

"Selat Malaka, Selat Sunda, dan Selat Lombok merupakan tiga choke point dunia penting dan strategis karena merupakan celah pintu masuk terpenting menuju Laut Natuna Utara dan Laut Tiongkok Selatan," jelasnya.

Jumlah populasi yang dimiliki, kata dia, juga menjadi alasan Indonesia menjadi center of gravity dunia. Saat ini jumlah penduduk di Tanah Air mencapai 270 juta jiwa, dan pada abad 21 memasuki masa bonus demografi, sebanyak 60 persen penduduknya merupakan usia produktif.

Menurut dia, jumlah tersebut memiliki potensi tenaga kerja luar biasa, terutama bila kualitas manusianya unggul dan dilatih dengan baik sehingga dapat mempercepat pembangunan nasional.

Untuk memanfaatkan potensi-potensi tersebut, lanjut dia, seluruh elemen bangsa harus memiliki pola dasar dan landasan berpikir yang mengacu pada Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan gotong royong, bukan pola pikir bangsa Barat, yaitu liberalisme dan individualisme.

"Pola dasar landasan berpikir tersebut telah dibuktikan berhasil dalam perjuangan yang membawa kemerdekaan Indonesia, dan diharapkan bisa membawa kemajuan juga untuk Indonesia ke depan," pungkasnya.

Baca juga: Pengamat: Indonesia berpotensi jadi pusat aktivitas ekonomi maritim

Pewarta: Cahya Sari
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023