Ekstrak batang pisang mauli setelah berbuah batangnya tetap bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional, dan alhamdulilah saya sudah menghasilkan lima paten
Banjarmasin (ANTARA) - Seorang Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Mulut Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr drg Maharani Laillyza Apriasari SpPM berhasil mengantongi lima paten sebagai hak kekayaan intelektual yang tercatat di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM berkat risetnya mengenai batang pisang mauli (Musa acuminata).

"Ekstrak batang pisang mauli setelah berbuah batangnya tetap bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional, dan alhamdulilah saya sudah menghasilkan lima paten," kata Maharani di Banjarmasin, Kamis.

Baca juga: Dosen Unja olah daun jeruju jadi sabun kecantikan

Akademisi yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) ULM ini melakukan penelitian tentang ekstrak batang pisang mauli sejak 2013 yang disebutnya mengandung tanin bersifat sebagai antioksidan dan saponin sebagai imunomodulator.

Hal itu memicunya untuk mengetahui toksisitasnya baik secara in vitro maupun in vivo yang ternyata terbukti ekstrak batang pisang mauli tidak toksik, sehingga ekstrak batang pisang mauli yang merupakan tanaman khas dari Kalimantan Selatan dapat berpotensi sebagai obat tradisional.

Maharani menyebut bioaktif dari ekstrak batang pisang mauli mengandung efek antibakteri, antijamur, antioksidan yang dipakai sebagai bahan antiseptik dan desinfektan.

Sebagai antiseptik, imunomodulator dan antioksidan, Maharani melakukan penelitian untuk obat pengembuhan kulit yang menjadi paten pertamanya dari riset batang pisang mauli.

Kemudian untuk obat penyembuhan luka mulut atau sariawan menjadi paten kedua.

Selanjutnya sebagai anti oksidan untuk antikanker servix secara in vitro meraih paten ketiga.

Baca juga: Dosen Universitas Jambi raih gelar Doctor of Science di Slovenia

"Dilanjutkan penelitian sebagai bahan anti karies untuk paten keempat dan obat penyembuhan tulang untuk paten kelima," paparnya.

Ketika pandemi COVID-19 di tahun 2020, Maharani juga melakukan pengabdian masyarakat ke desa binaan untuk mengenalkan bahan handsanitizer dari ekstrak batang pisang mauli sebagai desinfektan.

Pada disertasinya, dekan termuda di ULM yaitu berusia 42 tahun ketika dilantik Rektor ULM Prof Sutarto Hadi pada 28 Januari 2020 ini juga membahas tentang ekstrak batang pisang mauli dan jurnal internasional terindex Scopus ada beberapa dihasilkan dari penelitian ini.

Maharani mengakui masih banyak potensi yang bisa dikembangkan dari ekstrak batang pisang mauli sebagai obat tradisional.

"Ini sekaligus sebagai wujud mengangkat kearifan lokal Kalsel karena banyak ekstrak lain seperti tanaman daun tabat barito, kelakai dan ramania yang juga bisa dikembangkan sebagai obat tradisional khas lahan basah," ujarnya.

Pisang mauli bentuk buahnya kecil dengan warna kulit kuning keemasan sehingga terlihat secara fisik memikat untuk disantap.

Rasa buahnya manis dan kerap dijadikan pencuci mulut setelah makan serta sebagai pelengkap dalam acara hajatan bagi masyarakat Kalimantan Selatan.

Buah ini juga nyaris tidak mengenal musim sehingga selalu ada di pasaran.

Baca juga: Dosen Unimal terapkan teknologi pendeteksi kualitas air tambak

Pewarta: Firman
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023