Perdagangan dua negara dapat mencapai 350 miliar US dollar, dan kemudian hubungan antar manusia pun besar. 3,5 juta orang Jepang mengunjungi China per tahun..."
Jakarta (ANTARA News) - Salah satu hambatan dalam membangun kerja sama strategis antara ASEAN dengan dua negara besar, Jepang dan China adalah sikap dan retorika salah satu negara Asia Timur tersebut yang provokatif dan dapat terus menimbulkan ketegangan, kata Peneliti dari Center for Startegic and International Studies (CSIS) Jusuf Wanandi.

"Sikap Perdana Menteri (Jepang) ini yang beberapa kali menimbulkan gejolak. Ini memang menjadi masalah yang menghambat dalam hubungan (Jepang, China dan ASEAN)," kata Jusuf di Seminar Publik Kerja Sama Startegis di Asia Tenggara - Jepang, Jakarta, Selasa.

Menurut Jusuf, Jepang dan China sudah menjadi mitra penting ASEAN, dan akan memberi banyak pengaruh di kawasan terutama menuju cita-cita Komunitas (ASEAN Community) pada 2015. Cita-cita menuju komunitas yang terintegrasi tersebut, kata Jusuf, memang masih menyisakan banyak "pekerjaan rumah" untuk diselesaikan.

"Memang terdapat masalah yang menghambat. Jepang dan China sebenarnya perlu melihat potensi kerja sama dua negara yang memeperlihatkan bahwa kedua negara memang saling membutuhkan," kata dia.

Untuk melakukan perubahan fundamental demi kerja sama startegis antara Jepang, China, dan ASEAN, Jusuf mengatakan pemerintah Jepang, untuk konsisten dengan sikap setelah Perang Dunia II yakni menjadi negara yang damai, demokartis, mengindari konlflik terbuka dan berorientasi pada kemakmuran rakyat.

"Sikap Perdana Menteri (PM Jepang, Shinzo Abe) harus untuk tidak melihat Perang Dunia II. Pokoknya kita ingin melihat Jepang yang damai, demokratis, berekonomi maju," katanya.

China dan Jepang, kata Jusuf, dalam berbagai sektor, sebenarnya sudah menjalin kerja sama yang strategis, seperti di bidang ekonomi, sosial budaya dan masih banyak bidang lainnya. Hubungan antara perorangan (people to people) dari kedua negara pun menurut Jusuf terbilang baik.

"Perdagangan dua negara dapat mencapai 350 miliar US dollar, dan kemudian hubungan antar manusia pun besar. 3,5 juta orang Jepang mengunjungi China per tahun, ditambah data-data lain," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Peneliti dari Institut Studi Asia Timur Universitas Keio Yoshihide Soeya, mengatakan, China dan Jepang sebenarnya dapat meluaskan pengaruhnya di ASEAN dengan cara yang berbeda.

Menurut Soeya, untuk mendukung Komunitas ASEAN, kerja sama dalam politik dan keamanan antara Jepang dan ASEAN perlu melihat konteks yang lebih luas dan melingkupi banyak hal, tidak dalam segi normatif saja.

"Banyak sektor dalam politik dan keamanan untuk kerja sama antara Jepang dan ASEAN, seperti dalam sub sektor transportasi dan lainnya," katanya. (I029)

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013