Kasus stunting harus menjadi perhatian dari kita semua khususnya semua OPD yang terkait. Saya harap masalah yang sudah muncul ini menjadi perhatian yang serius bagi pengampu OPD secara lintas sektoral
Sleman (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta terus menekan angka stunting (gangguan pertumbuhan pada anak) meskipun pada 2022 angka prevalensi stunting berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) berada di angka 15 persen.

"Pemkab Sleman terus berupaya menurunkan angka prevalensi stunting hingga di angka 14 persen melalui sejumlah kebijakan yang dijalankan," kata Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa pada Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) di Sleman, Selasa.

Menurut dia, berdasarkan Aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) angka stunting di Sleman berada pada 6.88 persen.

"Angka tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan 2021 yaitu di angka 16 persen untuk SSGI, dan 7.2 persen untuk e-PPGBM," katanya.

Ia menjelaskan, upaya untuk selalu menurunkan kasus stunting di Kabupaten Sleman terus dilakukan secara intensif dan masif, karena itu sudah menjadi komitmen Pemerintah Kabupaten Sleman untuk mewujudkan generasi emas di waktu yang akan datang.

"Ada beberapa hal dalam rangka terus menurunkan angka stunting, di antaranya penyelesaian Perda Kawasan Tanpa Asap Rokok, perbaikan pola asuh dan pemberian makanan untuk balita dan anak," katanya.

Selain itu, kata Danang, Pemkab Sleman juga membuat jejaring kesehatan hingga ke tingkat kapanewon (kecamatan) dan melakukan pendampingan terhadap temuan penyakit ringan berulang pada balita melalui bidan, jaminan kesehatan bagi keluarga berisiko, serta melakukan optimalisasi Program Pemeriksaan Kesehatan Terpadu.

"Kasus stunting harus menjadi perhatian dari kita semua khususnya semua OPD yang terkait. Saya harap masalah yang sudah muncul ini menjadi perhatian yang serius bagi pengampu OPD secara lintas sektoral," katanya.

Danang mengatakan, strategi dalam penurunan stunting dengan konsep pentahelix, yakni pemerintah menyelaraskan kebijakan, penganggaran, dan program dari pusat hingga rumah tangga. Kemudian akademisi melakukan kajian ilmiah untuk mendorong penyusunan kebijakan/program berbasis bukti.

"Dunia usaha mengintegrasikan perspektif stunting dalam kegiatan bisnis, CSR, organisasi kemasyarakatan mendorong perluasan program terutama ke masyarakat marjinal, sedangkan media berperan untuk mendorong pengarusutamaan isu stunting serta K.I.E," katanya.

Danang Maharsa mengatakan, dengan terintegrasi, terkolaboratif dan masif melalui kegiatan seperti ini diharapkan dapat mewujudkan "new zero stunting" (tidak ada kasus stunting baru).

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2023