Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) zona euro turun 0,1 persen pada kuartal ketiga (Q3) 2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, demikian perkiraan awal yang dirilis Eurostat pada Selasa (31/10).
Inflasi di zona euro masih digerakkan oleh faktor makanan, alkohol, dan tembakau, dengan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) di level 7,5 persen. Harga jasa mencatat inflasi sebesar 4,6 persen (yoy) pada Oktober, sementara barang-barang industri nonenergi mengalami penurunan inflasi menjadi 3,5 persen (yoy), dan inflasi tahunan untuk harga energi turun menjadi -11,1 persen pada bulan yang sama.
Negara-negara dengan tingkat inflasi tahunan terendah di antaranya Belgia dengan -1,7 persen, Belanda -1 persen, dan Italia 1,9 persen.
Tingkat inflasi dalam basis tahunan tertinggi terjadi di Slovakia dengan 7,8 persen, Kroasia 6,7 persen, dan Slovenia 6,6 persen.
Pada Q3 2023, PDB yang disesuaikan secara musiman meningkat 0,1 persen di Uni Eropa (UE), dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada Q2 2023, PDB tumbuh 0,2 persen di zona euro, dan tetap stabil di UE.
Di antara negara-negara anggota yang datanya tersedia, negara yang mencatat pertumbuhan PDB tertinggi secara kuartalan antara lain Latvia sebesar 0,6 persen, Belgia 0,5 persen, dan Spanyol 0,3 persen. Di sisi lain, pertumbuhan PDB terendah tercatat di Irlandia dengan -1,8 persen dan Austria dengan -0,6 persen.
"Memang kelihatannya lingkungan ekonomi melemah saat ini, tetapi tidak ada resesi tajam yang terlihat," ujar Bert Colijn, ekonom senior untuk zona euro di ING.
Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik dapat memengaruhi kinerja ekonomi di kuartal-kuartal berikutnya, tambahnya.
Data pada September dan Oktober menunjukkan kejutan positif meski di tengah melambungnya harga minyak dan pertumbuhan upah yang stagnan, memperkuat keyakinan bahwa inflasi melambat.
"Angka-angka tersebut mulai menunjukkan kondisi inflasi yang jauh lebih baik, terutama karena saat ini perekonomian jelas menunjukkan performa yang jauh lebih lemah dibandingkan tahun lalu dan sebagian besar dampak dari kenaikan suku bunga baru-baru ini masih berlangsung," ujar Colijn.
Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mempertahankan tiga suku bunga utamanya di tengah kekhawatiran bahwa zona euro yang beranggotakan 20 negara ini dapat menuju resesi.
Presiden ECB Christine Lagarde sebelumnya mengatakan bahwa "risiko kenaikan inflasi dapat berasal dari biaya energi dan pangan yang lebih tinggi. Ketegangan geopolitik yang meningkat dapat menaikkan harga energi dalam waktu dekat, sekaligus menjadikan prospek jangka menengah lebih tidak pasti."
Dalam 15 bulan terakhir, ECB telah menaikkan suku bunga acuannya hingga 10 kali, sebagai upaya untuk menekan dampak dari inflasi yang menyentuh rekor.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023