Jakarta, 18 Juni 2013 (ANTARA) -- Wilayah laut Asia mempunyai peran sentral dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi regional dan dunia. Asia mempunyai dua samudera, yakni Samudera India dan Pasifik, mempunyai peran penting dan strategis tidak hanya bagi jasa lingkungan, namun bagi penyediaan pangan dunia yang berasal dari laut. Wilayah Asia yang meliputi luas air sekitar 66% dari permukaan bumi dan sekitar setengah dari total luas permukaannya berupa perairan, berkontribusi penting bagi penyediaan barang, jasa dan media moda perdagangan dunia. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo, ketika membuka konferensi Asia Conference on Oceans, Food Security and Blue Growth (ACOFB) di Bali yang diselenggarakan bersama KKP, Pemerintah Belanda, Bank Dunia, didukung oleh Organisasi Pertanian dan Pangan Dunia
(UN-FAO), (Selasa 18/06).

     Peran sektor kelautan Asia di masa depan mempunyai kontribusi penting bagi lingkungan, energi, pangan, dan jasa lingkungan lain dalam mendukung ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi.  Peran laut di wilayah Asia mempunyai kontribusi dan juga sekaligus media peredaman terhadap pemanasan global dan perubahan iklim, dan variabilitas fisik yang memiliki dampak yang sangat luas ke seluruh aspek kehidupan. Sumberdaya hayati dan non-hayati wilayah Asia memberikan penyediaan dan prospek ekonomi seperti mineral laut, gas, dan energi, sedangkan sumber daya biologis kelautan yang melimpah dengan tingkat tinggi keanekaragaman hayati, baik perikanan tangkap dan budidaya, memberikan kontribusi bagi penyediaan pangan masyarakat. Untuk memperkaya substansi konferensi Asia, penyelenggaraannya disinergikan dengan penyelenggaraan pertemuan ilmiah, Konperensi Samudera Hindia dan Pasifik (IOPAC), dan Forum Investasi Kelautan dan Perikanan (MFIF).  “Konferensi ACOFB, Forum Investasi Kelautan dan Perikanan (MFIF) serta Konferensi Pasifik dan Samudera Hindia (IOPAC) sangat penting bagi negara-negara Asia. Mengingat hasilnya akan menjadi rencana tindak dan komitmen negara-negara Asia dalam penanganan ketahanan pangan sektor kelautan melalui pertumbuhan biru (blue growth). Hasil konferensi ini akan mengembangkan Peta Jalan yang sangat penting bagi kawasan ini ke depan, ACOFB merupakan pre-summit dari Global Summit yang akan dilaksanakan di Den Haag, Netherland pada tanggal  9 – 13 September 2013”  tegas Sharif.

     Peran Indonesia, sangat penting dalam ketahanan pangan sektor kelautan.  Kesuksesan pelaksanaan The World Ocean Conference 2009 di Indonesia telah menempatkan peran laut dalam merespon perubahan iklim dan ketahanan pangan. Untuk itu, Indonesia melalui penyelenggaraan Konferensi Asia ini berinisiatif untuk menindaklanjuti visi world’s ocean ke rencana aksi untuk menghasilkan Peta Jalan Asia berbasis blue growth. Dengan mengkombinasikan peran laut, blue growth dan keamanan pangan, Konferensi Asia menjadi tolok ukur para pembuat kebijakan, lembaga keuangan internasional, investor, akademisi, LSM dan swasta dalam memberikan kontribusi dan membangun kemitraan. “Konferensi ACOFB serta Konferensi Pasifik dan Samudera Hindia (IOPAC) akan menghasilkan  output maksimal. Dukungan para ilmuwan dapat menghasilkan penciptaan
investasi biru untuk mendukung blue growth yang merupakan input produk perikanan dalam mendukung ketahanan pangan,” kata Sharif.


Investasi Blue Economy

     Menurut Sharif, hasil Konferensi ACOFB 2013 diharapkan sesuai dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam mengelola sektor kelautan dan perikanan. Perubahan paradigma baru yakni pembangunan biru berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan, menunjukkan Indonesia menyadari pentingnya peran laut sebagai penggerak utama pembangunan. Terutama ditujukan untuk pembangunan ekonomi nasional, pengentasan kemiskinan, pengurangan emisi karbon, penanggulangan IUU fishing, optimalisasi fungsi dan jasa lingkungan, dan percepatan industrialiasi dalam kerangka blue economy. “Pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia, pada hakekatnya didasarkan konsep blue economy. Hal ini sejalan dengan arahan Bapak Presiden RI pada Plenary Session United National Conference on Sustainable Development pada bulan Juni 2012 di Rio de Janeiro, bahwa ekonomi biru adalah batas akhir kita selanjutnya, dimana melalui blue economy kita akan memaksimalkan jasa-jasa lingkungan dan nilai ekonomi yang berkelanjutan,” jelasnya. 
     
     Penerapan konsep blue economy dalam industrialisasi kelautan dan perikanan sangat penting. Untuk mendorong investasi pada industry kelautan dan perikanan, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investor baru dan memfasilitasi mediasi, promosi dan pengurangan hambatan bagi investor. Kebijakan ini pada dasarnya adalah untuk memfasilitasi perusahaan dan investor dalam rangka  mewujudkan investasi di sektor kelautan dan perikanan. Dengan pemberian mediasi, fasilitasi, pemberian insentif dan promosi peluang investasi, akan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang masih terbukanya peluang investasi di bidang kelautan dan perikanan di Indonesia. “Melalui konferensi ACOFB serta Forum Investasi Kelautan dan Perikanan (MFIF) ini, diharapkan akan memberikan dampak pula adanya realisasi investasi di bidang kelautan dan perikanan untuk mendukung konsep ekonomi biru,” ujar Sharif.

     Ditambahkan, industri ini kian strategis, mengingat industri KP memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya. Sektor kelautan dan perikanan Indonesia memiliki potensi dijadikan sebagai motor penggerak perekonomian daerah maupun nasional. “Dengan keberhasilan industrialisasi kelautan dan perikanan dalam konsep ekonomi biru maka diharapkan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat pada umumnya dan penanganan ketahanan pangan dapat tercapai.


DATA DUKUNG
DATA PERIKANAN DI INDONESIA


Tingkat Konsumsi Ikan

Pola  Pangan hitungan Indonesia 31,4 Kg/Kapita/Tahun
Produk Perikanan Kontribusi 66%  untuk produk hewani
Tingkat Konsumsi :
Indonesia Tahun 2012  sebesar 33,8 Kg/Kapita/Tahun
Indonesia Tahun 2011  sebesar 32,2 Kg/Kapita/Tahun
Asia Tahun 2011  sebesar 20,9 Kg/Kapita/Tahun

Produksi Perikanan dalam Negeri
Indonesia Tahun 2012 sebesar 15,26 juta ton
Produksi Perikanan Tangkap 5,81 juta ton
Produksi Perikanan Budidaya 9,45 juta ton

Indonesia Tahun 2011 sebesar 12,39 juta ton
Produksi Perikanan Tangkap 5,41 juta ton
Produksi Perikanan Budidaya 6,98 juta ton


Volume Produk Olahan Hasil Perikanan Dalam Negeri
Volume Produk Olahan Tahun 2012 sebesar 4,83 juta ton
Volume Produk Olahan Tahun 2011 sebesar 4,5 juta ton

Neraca Perdagangan
Ekspor Hasil Perikanan
Indonesia Tahun 2012 US$ 3,9 Miliyar
Indonesia Tahun 2011 US$ 3,5 Miliyar
Asia Tahun 2011 US$ 49,7 Miliyar (39 % dari total ekspor dunia)

Impor Hasil Perikanan
Indonesia Tahun 2012 US$ 412,3 Juta
Indonesia Tahun 2011 US$ 492,5 Juta
Asia Tahun 2011 US$ 42,5 Miliyar

Tenaga Kerja, UPI dan Investasi Tahun 2012
Pengolah dan pemasaran sebesar  6,3 juta orang;
UPI (Unit  Pengolahan Ikan) = 619 unit
Investasi sebesar Rp. 2,067 trilyun

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Pelaksana Tugas Kepala Pusdatin (HP. 08118062444)


Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013