Terkait stunting, saat ini semua yang paling paham tentang ini ya bidan. Oleh karena itu, kami berharap bidan bisa menjadi motor dan pemeran utama dalam percepatan penurunan stunting dengan cara berkolaborasi
Jakarta (ANTARA) -
Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto menyatakan bahwa bidan adalah pemeran utama dalam percepatan penurunan stunting.
 
"Terkait stunting, saat ini semua yang paling paham tentang ini ya bidan. Oleh karena itu, kami berharap bidan bisa menjadi motor dan pemeran utama dalam percepatan penurunan stunting dengan cara berkolaborasi," kata Agus di Jakarta, Jumat.
 
Agus menjadi salah satu narasumber utama dalam Kongres ke-17 Ikatan Bidan Indonesia (IBI), yang diselenggarakan mulai 31 Oktober hingga 5 November 2023, dengan tema "Satukan Langkah dalam Transformasi Kesehatan untuk Penguatan Pelayanan Kebidanan Berkesinambungan Berbasis Bukti".
 
Menurutnya, bidan memiliki kemampuan kolaborasi luar biasa dan dapat menggerakkan seluruh komponen hingga tingkat desa dan kelurahan dalam rangka percepatan penurunan stunting (gangguan pertumbuhan pada anak).
 
"Bersama babhinkabtimas, babinsa, dan para kader di tingkat desa, bidan itu luar biasa kolaborasinya, bisa koordinasi secara vertikal maupun horizontal. Ini yang selalu kita tunggu-tunggu supaya lebih nyata lagi dampak yang diberikan kepada masyarakat," kata Agus.
 
Ia juga berpesan agar para bidan dapat memberikan informasi dan edukasi pada seluruh pihak di tingkat desa untuk berkolaborasi menurunkan stunting dan angka kematian ibu, menggalakkan imunisasi, serta program-program lain sebagai langkah untuk mewujudkan transformasi pada layanan kesehatan primer.
 
"Bidan merupakan kunci sukses kolaborasi di tingkat desa. Kami berharap dari 85.000 desa yang akan dibentuk puskesmas sesuai instruksi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, bisa dipercepat dengan melakukan berbagai hal, salah satunya dengan target bahwa tahun depan semua desa bisa terisi dengan bidan-bidan berkualitas tinggi," katanya.
 
Agus Suprapto juga menyebutkan, dalam pembangunan berkelanjutan, stunting termasuk di dalam tujuan di nomor dua.
 
"Target di tahun 2022 mestinya 18 persen, tetapi belum tercapai (berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia, prevalensi stunting 2022 sebesar 21,6 persen). Untuk itu, kolaborasi berbagai kegiatan untuk kemajuan (penurunan stunting) membutuhkan kerja keras dari semua pihak, termasuk para bidan," kata dia.
 
Karena itu, ia berpesan agar seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di tingkat kabupaten/kota segera melakukan inisiasi kegiatan-kegiatan yang belum dilakukan terkait percepatan penurunan stunting, salah satunya dengan meningkatkan peran para bidan.
 
Sebelumnya, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) fokus mendampingi calon pengantin dengan mengerahkan 600 ribu personel yang tergabung dalam Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk menekan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024.
 
Tim pendamping keluarga terdiri atas tiga komponen, yakni satu bidan, satu tim pendamping PKK, dan satu penyuluh keluarga berencana untuk menjangkau keluarga berisiko stunting.
 
"Setiap tahun ada dua juta calon pengantin, ini artinya akan ada 1,6 juta kelahiran balita baru, terdiri atas yang stunting dan tidak stunting, jadi keluarga baru itu perlu pendampingan dengan mentor dari TPK," kata Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso.

Teguh menjelaskan, TPK yang terdiri atas bidan, tim pendamping PKK, dan kader Keluarga Berencana (KB) tak bisa terpisahkan, di mana bidan klinis bertugas untuk mendiagnosis dan memeriksa kehamilan, kader KB menyediakan data keluarga, sedangkan TP PKK berdiri di garda terdepan karena paling memahami kondisi masyarakat di tingkat RT/RW.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2023