Pontianak (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) terus menggencarkan edukasi dan sosialisasi restorasi gambut kepada para pihak di wilayah Kalimantan Barat (Kalbar).

Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRGM, Suwignya Utama mengatakan ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman bersama, menumbuhkan komitmen dan partisipasi pemangku kepentingan dalam perlindungan gambut. "Sosialisasi dilakukan mulai tingkat provinsi hingga di tingkat tapak atau desa," ujarnya di Pontianak, Rabu.

Ia menjelaskan edukasi dilakukan dengan pendekatan kepada pemerintah kabupaten maupun provinsi melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan pengarusutamaan edukasi gambut ke dalam kurikulum muatan lokal. “Contohnya, Pemkab Kubu Raya sudah menerapkan edukasi gambut dan mangrove dalam kebijakan pemda yang diluncurkan pada November 2022," kata dia.

Baca juga: BRGM sebut 900 ribu hektare lahan gambut rusak sudah direstorasi

Edukasi bagi pelajar ini diharapkan dapat membangun generasi berkarakter cinta lingkungan.

Provinsi Jambi contohnya, lanjut dia, sudah meluncurkan penerapan kurikulum gambut tingkat SLTA pada 14 Juni 2023 oleh Gubernur Jambi dengan Kepala BRGM. Provinsi Riau menyusul dengan meluncurkan kurikulum gambut dan mangrove bagi siswa SMA beberapa hari lalu oleh Gubernur Riau.

Saat ini kurikulum gambut dan mangrove sedang berproses di Kota Dumai bagi siswa SD dan SMP dan di Provinsi Kalsel.

Selain itu, edukasi bagi kelompok agama juga dilakukan untuk perlindungan gambut, bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan Persatuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).  “Edukasi kepada kelompok agama ini melalui penyusunan modul dan lokalatih bagi dai dan pendeta,” ujarnya.

Suwignya mengatakan sosialisasi gambut di tingkat provinsi dilakukan sekali setahun, sedangkan untuk tingkat desa dilakukan lebih intensif oleh fasilitas desa.

Lebih lanjut, ia mengatakan konsolidasi restorasi gambut secara sistematis dan terpadu ini dilakukan melalui Kesatuan Hidrologi Gambuat (KHG) terintegrasi sebagai upaya sinergi dengan berbagai pihak dalam keberlanjutan restorasi gambut.

"Diskusi terfokus para pemangku kepentingan dilakukan untuk membangun kesepahaman bersama dengan cara mengidentifikasi peran mereka, menyusun rencana aksi bersama dan membangun kelembagaan yang sesuai dengan tiap KHG," kata dia.

Baca juga: BRGM prioritaskan pengendalian air terpadu cegah kebakaran gambut

Menurutnya, tantangan yang dihadapi untuk keberlanjutan restorasi gambut, di antaranya perilaku masyarakat dalam mengelola gambut secara ramah lingkungan atau tanpa membakar.

Kemudian, perlu lebih diperkuat upaya konsolidasi antar-pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dalam upaya perlindungan gambut.

Tantangan berikutnya adalah menggalang dukungan provinsi dan pemda kabupaten/kota untuk mengintegrasikan edukasi perlindungan gambut ke dalam kurikulum muatan lokal agar terbentuk karakter cinta lingkungan sejak dini.

“Lingkungan gambut ini adalah milik anak cucu, maka harus sejak dini diterapkan edukasi tentang gambut bagi mereka,” ujarnya.

Suwignya menambahkan upaya pemulihan dan perlindungan ekosistem gambut diharapkan menjadi agenda bersama antara BRGM, Pemda Provinsi dan kabupaten/kota, konsensi perusahaan, masyarakat, organisasi masyarakat sipil, kampus, dan lainnya untuk berperan secara optimal dalam restorasi gambut.

“Harapan kami gambut bisa memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat, bukan menjadi musibah karena karhutla," ujarnya.

Di Kabupaten Kubu Raya, BRGM melaksanakan revitalisasi ekonomi yang berdampak langsung pada masyarakat seperti di Desa Mekar Sari.

Ketua Kelompok Tani Arsyil Mandiri, Abdul Gafur mengaku selain pemulihan ekosistem gambut, BRGM juga meningkatkan perekonomian masyarakat.

"Di desa kami ada dua kelompok penerima program BRGM, salah satunya Kelompok Tani Arsyil Mandiri yang menerima bantuan budi daya ternak sapi. Harga jual sapi Rp17,5 juta dengan usia pemeliharaan enam bulan dengan untung sekitar Rp3,5 juta per ekor," ujarnya.

Kelompok Tani Arsyil Mandiri menerima bantuan empat ekor sapi jantan untuk dipelihara dan anggota kelompok yang berjumlah 14 orang juga mendapat pelatihan pupuk kompos untuk menunjang pertanian.

Pendampingan terhadap peternakan sapi memberikan peningkatan pendapatan dari penambahan bobot sapi dengan metode pemberian pakan yang benar  meningkat 10 persen, dan peternak juga mengganti jenis sapi yang dipelihara dari sapi Madura menjadi sapi Bali.

Semua sapi tersebut diternak di lahan gambut. Peternak juga mendapat pelatihan pembuatan fermentasi pakan. Selain melengkapi nutrisi, pakan fermentasi juga menjadi bank pakan ketika peternak tidak bisa mengarit rumput.

”Kami harap kegiatan ini juga dibantu oleh dinas terkait, sehingga semakin maksimal dan kolaborasi semua pihak terjalin," ucap dia.

Baca juga: BRGM gelar Sekolah Lapangan Petani Gambut di Kubu Raya

Baca juga: BRGM intervensi 760 desa mandiri peduli gambut


Sementara itu, Ketua Yayasan Mitra Agrimuda Swasembada, Berlya Uta Windika mengatakan pihaknya yang menjadi mitra BRGM untuk pendampingan di sektor peternakan, terutama ternak sapi.

Menurutnya, upaya yang dilakukan sudah menunjukkan hasil dan berdampak signifikan, karena setelah melalui program inkubasi bisnis untuk kelompok masyarakat (Pokmas) di lahan gambut, yang awalnya kurang mengerti tentang budi daya sapi dan turunannya, kini menjadi lebih baik.

“Hasilnya cukup bagus, beberapa Pokmas sudah bekerja sama dengan petani yang membeli pupuk kompos. Sejak tahun lalu Pokmas memproduksi kompos 200 kilogram per bulan, dengan harga Rp40 ribu per karung isi empat kilogram,” kata dia.

Pewarta: Dedi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023