Perlu kerja sama lintas sektor bagaimana pesan ini bisa sampai ke masyarakat, deteksi dini kanker serviks itu penting, utamanya pada perempuan usia 30-50 tahun
Jakarta (ANTARA) -
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperluas cakupan vaksin HPV DNA secara bertahap pada tahun 2024 untuk menangani kanker leher rahim (serviks), karena saat ini vaksin tersebut distribusinya masih terbatas di DKI Jakarta.
 
"Skrining vaksin HPV DNA saat ini masih khusus pada DKI Jakarta saja karena anggaran masih terbatas, tahun depan akan kami perluas secara bertahap di 16 provinsi di Indonesia untuk menangani kanker serviks," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Eva Susanti di Jakarta, Rabu.
 
Human Papillomavirus (HPV) adalah virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya kanker serviks, oleh karena itu dilakukan tes HPV DNA Genotyping, yakni prosedur tes berbasis molekular yang bertujuan untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi HPV, diutamakan pada kelompok jenis yang dapat menimbulkan kanker pada leher rahim uteri.
 
Berdasarkan data yang disampaikan oleh Eva, ada 103 juta perempuan di atas 15 tahun yang berisiko terkena kanker serviks, menempati peringkat dua di Indonesia setelah kanker payudara, dimana ada 36 ribu perempuan yang terdiagnosis setiap tahunnya.
 
"70 persen wanita yang terdiagnosis sudah stadium lanjut, dan ada 21 ribu yang meninggal karena kanker serviks ini. Untuk itu kami berupaya melakukan transformasi, memperkuat layanan primer, skrining, dan vaksinasi anak usia kelas 5 dan 6 SD khusus untuk HPV DNA, dan ini sudah dilakukan secara nasional," ucap Eva.
 
Ia menjelaskan, saat ini vaksin gratis HPV DNA masih diprioritaskan pada anak-anak usia tersebut, dan selanjutnya akan disusun Rencana Aksi Nasional Eliminasi kanker serviks untuk menghitung berapa keperluannya untuk masyarakat Indonesia.
 
Eva mengutarakan, pola hidup masyarakat menjadi salah satu faktor risiko yang menyebabkan kanker.
 
"Banyak mengkonsumsi zat-zat karsinogenik pemicu kanker atau ada perilaku faktor risiko merokok, itu kan dekat atau kuat pengaruhnya terhadap berbagai jenis kanker. Kemudian, diet yang tidak sehat, kurang makan buah dan sayur, itu juga erat kaitannya dengan terkena kanker," paparnya.
 
Karena itu, Kemenkes telah menerapkan transformasi kesehatan untuk mencegah kanker, pertama yakni menguatkan ketahanan kesehatan, dengan peningkatan produk alat kesehatan dalam negeri dan penguatan tenaga kesehatan ketika terjadi bencana.
 
Kemudian, peningkatan sumber daya kesehatan, dengan memenuhi kebutuhan dokter spesialis, pelatihan deteksi dini kanker payudara di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada dokter umum, dan pemeriksaan HPV DNA di puskesmas yang dapat dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan.
 
"Pilar berikutnya, yakni sistem informasi nasional kesehatan, ada sistem pelaporan berdasarkan nama dan alamat, by name by address yang diperbarui, jadi ketika teman-teman melakukan skrining di mana pun, maka datanya otomatis diperbarui di sistem kesehatan nasional," tuturnya.
 
Ia juga menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk menyosialisasikan skrining kanker secara dini kepada masyarakat.

"Perlu kerja sama lintas sektor bagaimana pesan ini bisa sampai ke masyarakat, deteksi dini kanker serviks itu penting, utamanya pada perempuan usia 30-50 tahun," katanya.
 
Sementara itu, Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menyampaikan bahwa dalam rangka pengendalian kasus kanker, layanan promosi, pencegahan, skrining dan konsultasi dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus diperkuat.
 
"Tidak hanya kuratif dengan memberikan penjaminan untuk pengobatan, BPJS Kesehatan juga menyediakan layanan promotif dan preventif untuk mencegah kanker, bagi perempuan ada program IVA atau papsmear untuk mendeteksi kanker serviks yang dapat diperoleh di FKTP sesuai ketentuan," kata Ali.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2023