Palu (ANTARA) - Tokoh Pembaharuan Islam Profesor Zainal Abidin mengemukakan, umat beragama tidak perlu saling menghina dan menjelekkan keyakinan orang lain, dalam kehidupan sosial keagamaan.

"Perbedaan keyakinan yang ada di tengah - tengah kehidupan ini, merupakan suatu kehendak Allah. Oleh karena itu, jangan menghina dan tidak perlu menghina keyakinan orang lain, hanya karena perbedaan," kata Profesor Zainal Abidin yang merupakan Guru Besar Pemikiran Islam Modern Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama, di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis.

Baca juga: MUI ajak umat beragama ucap salam sesuai agama dan keyakinan

Zainal Abidin yang merupakan Rais Syuriyah PBNU mengemukakan bahwa menghina, mengejek dan menjelekkan keyakinan orang lain, adalah perbuatan tercela, yang dapat merusak harmonisasi umat beragama dalam kehidupan sosial keagamaan.

Oleh karena itu, kata dia, umat beragama jangan saling menilai keyakinan. Karena, tugas manusia atau umat beragama, bukanlah untuk menilai keyakinan orang lain, melainkan menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan yang ada.

"Menjadi benar, tidak perlu dengan menghina, menjelakan, dan menyalahkan orang lain," ungkapnya.

Baca juga: Presiden Jokowi ingin MTQ mampu bumikan Al Quran

"Biarkan Sang Pencipta yang menilai, karena Sang Pencipta yang mengadakan kehidupan dan menghendaki perbedaan. Tugas manusia adalah menjalani hidup sebaik - baiknya, bukan untuk menilai keyakinan orang lain," sebut Zainal Abidin yang juga Ketua MUI Kota Palu.

Zainal Abidin yang merupakan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah menyatakan bahwa, dibutuhkan pemikiran dan sikap yang moderat, untuk menjunjung tinggi perbedaan yang ada dalam kehidupan sosial keagamaan.

Baca juga: Umat Kristiani ikut ramaikan pawai MTQ Nasional

Sikap dan pemikiran yang moderat, yang dikuatkan dengan nilai - nilai kebangsaan, menurut dia, sangat penting ditanamkan kepada masyarakat dan umat beragama.

Oleh karena itu, kata dia, FKUB Sulteng melaksanakan sosialisasi dan peningkatan pemahaman umat beragama mengenai moderasi beragama.

Baca juga: Menag nyatakan kebebasan pers hormati keyakinan beragama

Moderasi beragama dapat dikatakan sebagai cara beragama yang moderat, untuk menghindari keekstreman dalam praktik beragama.

"Moderasi beragama bukanlah moderasi agama. Sebab, moderasi beragama berada pada tataran sosiologis yang dalam wilayah praktek keberagamaan di kehidupan sosial kemasyarakatan dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain," katanya.

Baca juga: Legislator minta TNI fasilitasi keyakinan agama prajurit

Sementara pada tataran teologis, kata dia, setiap orang berhak dan bahkan seharusnya meyakini kebenaran agamanya, tetapi pada saat yang sama dalam tataran sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki keyakinan terhadap ajaran agama mereka.

Ia menambahkan, FKUB Sulteng berkepentingan untuk mengumpulkan generasi muda agar bersama-sama mewujudkan perdamaian dan keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Apalagi saat ini kita semua memasuki tahapan pemilihan umum serentak, dan pemilihan kepala daerah di tahun yang sama, tentu kita membutuhkan situasi dan kondisi yang aman, damai dan tentram," ujarnya.

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023