Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Nani Suryani menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sudah tinggi, tetapi masih memerlukan dukungan bahan bacaan yang saat ini belum terdistribusi dengan baik.

"Minat baca kita itu sudah tinggi, karena pada saat kami melakukan kegiatan ke daerah bersama Duta Baca Indonesia, respons masyarakat, termasuk anak-anak itu sungguh luar biasa, yang belum ada hanya kehadiran bahan bacaan dan sarana atau akses baca," kata Nani di Perpusnas, Jakarta, Jumat.

Nani juga menepis anggapan tentang literasi atau minat baca masyarakat Indonesia yang rendah, karena Perpusnas sudah melakukan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS), yang lebih mendekatkan perpustakaan kepada masyarakat.

"Perpusnas melalui program-program yang digulirkan setiap tahun, secara konsisten memberikan bantuan-bantuan seperti mobil keliling, buku-buku untuk komunitas, lembaga pemasyarakatan, pondok pesantren, rumah sakit, bahkan di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T)," ujar dia.

Baca juga: Perpusnas berbagi praktik baik transformasi perpustakaan

Melalui program-program seperti pojok baca digital dan titik baca, kata dia, menjadi salah satu upaya untuk lebih mendekatkan akses bahan bacaan kepada masyarakat.

"Jadi, untuk anggapan bahwa minat baca masyarakat itu rendah, tidak demikian adanya, karena minat baca kita itu tinggi, yang belum merata hanyalah ketersediaan bahan bacaan dan sarana baca," ucap Nani.

Selain TPBIS, Perpusnas juga memiliki program yang mengangkat pahlawan lokal dalam bidang literasi melalui program Gemilang Perpusnas, yang memberikan penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka, atau apresiasi tertinggi pemerintah pada kelompok atau individu yang berhasil meningkatkan literasi dan kegemaran membaca secara efektif melalui perpustakaan.

Ada lima pejabat publik yang berhasil mendapatkan penghargaan Nugra Jasa Dharma Pustaloka pada tahun 2023 ini, yakni Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga, Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi Saldi Isra, Bupati Gunung Kidul Sunaryanta, dan Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu.

Baca juga: Kemendikbudristek tepis tudingan literasi masyarakat Indonesia rendah

"Dengan mengangkat pahlawan lokal ini, kita berharap dapat mengungkit efek yang baik bagi pengembangan literasi di tingkat nasional maupun daerah," kata Nani.

Ia juga berharap, melalui berbagai transformasi yang dilakukan, perpustakaan tidak lagi hanya sebagai ruang baca, tetapi juga ruang bagi komunitas untuk berkarya, berbagi pengetahuan, hingga nantinya mewujudkan bangsa yang berhasil meraih tingkatan literasi tertinggi, yakni memanfaatkan bahan bacaan sebagai sarana untuk memproduksi barang dan jasa.

"Selain peningkatan kapasitas dan infrastruktur, perpustakaan desa kini juga diberikan berbagai fasilitas yang mendukung agar masyarakat bisa beraktivitas di sana, tidak hanya untuk membaca, bisa juga untuk kegiatan-kegiatan pendidikan anak usia dini, pengajian, bahkan jual-beli bagi UMKM sebagai dampak positif dari TPBIS," tuturnya.

Sejak dicanangkan sebagai program prioritas nasional pada 2018, program TPBIS dengan stimulan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) melalui Perpusnas, hingga tahun 2022 telah diimplementasikan di 34 perpustakaan provinsi, 296 perpustakaan kabupaten/kota, dan 1.696 perpustakaan desa/kelurahan.

Baca juga: Perpusnas minta daerah optimalkan peningkatan minat baca

Pada tahun 2023, tercatat ada 450 perpustakaan desa/kelurahan yang menjadi mitra baru TPBIS. Hingga Februari 2023, TPBIS telah direplikasi di 1.205 desa/kelurahan di 26 provinsi dengan sumber anggaran dari APBD atau sumber lain.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023