Jakarta (ANTARA) - Nada dering sebagai penanda panggilan telepon masuk berbunyi, seorang perempuan mengangkatnya dan berbicara.

Ketika itu, kalimat yang terdengar dari mulutnya adalah, "Ada pasien untuk ANC terpadu? Siap sekarang saya berangkat bu bidan".

Tak lama setelah itu, ia pun bergegas mengambil jaket, helem, lalu mengendarai sepeda motor.

Motor melaju dengan cukup cepat, tapi tetap berhati-hati untuk mencapai tujuan.

Menempuh lima menit perjalanan, perempuan itu berhenti di depan salah satu rumah warga dan mengetuk pintu.

Pemilik rumah pun keluar, dan berkata kepada anak perempuannya bahwa ojek ibu hamil sudah datang.

Perempuan pengendara motor itu adalah Winarni (40), seorang pengemudi ojek ibu hamil atau Jek-Mil di Desa Carikan, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Dia merupakan seorang kader posyandu yang telah memilih bertugas mengantarkan para ibu hamil untuk mengakses layanan kesehatan sejak 2018 hingga saat ini.

Berangkat dari keprihatinannya melihat sejumlah ibu hamil di desanya yang kesulitan untuk memeriksakan diri ke puskesmas karena tidak ada yang mengantarkan.

Sebagian besar suami maupun anggota keluarga mereka tidak berada di rumah pada saat pagi hingga siang hari, karena rata-rata bekerja di sawah, tukang bangunan, bahkan tak sedikit yang merantau.

Membawa penumpang dengan kondisi hamil, Winarni harus ekstra berhati-hati dan pelan-pelan, karena risikonya cukup tinggi, seperti komplikasi hingga keguguran.

Pekerjaan tersebut dilakukannya dengan ikhlas, tanpa meminta bayaran satu rupiah pun dari penumpangnya.

"Tidak ada bayaran, saya bantu sukarela, ya alhamdulillah ikhlas," ucapnya kepada ANTARA, sambil tersenyum.

Kesehatan dan keselamatan para ibu hamil hingga bisa melahirkan dengan lancar dan baik-baik saja, menjadi "bayaran" dan kepuasan tak ternilai baginya.

Seorang pengguna Jek-Mil, Tati (28), merasa sangat bersyukur dengan kehadiran para kader posyandu sebagai pengemudi ojek ibu hamil.

Bagi dia, kehadiran Jek-Mil kader posyandu menjadi pengganti yang tepat karena sang suami bekerja merantau di luar kota.

Selain aman, ia juga merasa lebih nyaman ketika diantar oleh kader perempuan yang juga mengerti bagaimana harus memperlakukan ibu hamil dengan baik.

Cara memesan Jek-Mil juga begitu mudah, cukup dengan menelepon bidan desa, dan bidan tersebut akan mencarikan kader-kader yang tinggalnya paling dekat dengan ibu hamil itu.

"Saya sebagai ibu hamil terbantu karena bisa berobat dengan mudah dan cepat ke puskesmas," ujar Tati.

Hadirnya Jek-Mil seakan membawa angin segar bagi Tati, mengingat pengalaman masa lalunya yang kelam.

Ketika hamil anak pertama, ia harus mengikhlaskan janin dalam kandungannya. Keguguran dialaminya akibat terlambat periksa ke dokter karena memang tidak ada satu pun orang yang bisa mengantarkannya, saat itu.


Kelahiran Jek-Mil

Jek-Mil hadir berkat kepedulian bidan di Desa Carikan, yakni Iin Rosita, yang telah mengabdi selama 26 tahun di wilayah tersebut.

Ia menggagas Jek-Mil sebagai layanan transportasi khusus ibu hamil. Para pengemudinya juga merupakan orang-orang pilihan dan khusus, yakni para kader posyandu yang telah dibimbing dan didik dengan baik melalui sekolah kader kesehatan dalam "Health Cadre Center" (HCC) di UPTD Puskesmas Bendo.

Saat itu pemerintah resmi meluncurkan program "Antenatal Care (ANC) Terpadu" sebagai upaya pencegahan terjadinya keterlambatan pertolongan, diagnosa, dan pengambilan keputusan pada ibu hamil.

Capaian ANC Terpadu di Puskesmas Bendo pada 2017 masih rendah, yakni 59,42 persen dari jumlah total ibu hamil yang ada.

Banyak ibu hamil yang belum melakukan ANC di puskesmas, belum periksa laborat, tidak diketahui diagnosanya, sehingga terancam komplikasi, baik pada saat kehamilan, persalinan, maupun nifas.

Bercermin dari situasi tersebut, akhirnya Bidan Iin mencoba untuk menelaah dan menganalisa permasalahan apa yang membuat ibu hamil tidak bisa datang ke puskesmas.

Sebagian besar dari ibu hamil menyatakan bahwa mereka tidak bisa mencapai akses puskesmas karena tidak ada transportasi, suaminya bekerja, dan keluarga di rumah tidak bisa mengantarkan.

Hingga pada akhirnya dirinya menghadirkan layanan ojek untuk ibu hamil pada 2018.

Awal mula berdiri Jek-Mil baru menjangkau dua dari 16 desa di Kecamatan Bendo, dengan anggota 7 pengemudi Jek-Mil.

Seiring berjalannya waktu, kini Jek-Mil telah menjangkau 13 desa, dengan 43 pengemudi kader posyandu, sementara tiga desa lainnya tidak memiliki Jek-Mil, karena capaian ANC terpadu yang sudah tinggi.

Berbeda dengan ojek lainnya, pengemudi Jek-Mil semuanya kaum perempuan, tidak ada yang laki-laki.

Di Jawa, khususnya Jawa Timur, sangat rentan terhadap hal-hal yang negatif ketika perempuan dibonceng oleh laki-laki yang bukan muhrimnya, karena akan timbul rasa tidak nyaman dan mengundang bahan pergunjingan di masyarakat.

Selain itu, jika ojek pada umumnya hanya menjemput dan mengantar sesuai titik, pada layanan Jek-Mil ini para kader yang mengantar wajib mendampingi ibu hamil selama proses pemeriksaan.

Para pengemudi Jek-Mil juga harus mahir mengendarai sepeda motor, memiliki kendaraan, dan surat izin mengemudi (SIM), serta telah mendapat izin dari bidan desa setempat.

Pengemudi Jek-Mil bersifat sukarela karena pada pelaksanaannya tidak dipungut biaya atau gratis.


Keberhasilan Jek-Mil

Setiap ibu hamil diwajibkan melakukan pemeriksaan ANC terpadu guna mendeteksi dini adanya risiko atau kelainan pada ibu dan janinnya sedini mungkin.

Tahapan ANC yang pertama adalah dilakukan oleh bidan untuk pemeriksaan secara umum.

Kemudian dilanjutkan oleh dokter umum guna mendeteksi adanya gejala penyakit jantung, paru-paru, dan sebagainya.

Ibu hamil juga wajib diperiksa oleh dokter gigi, guna memastikan giginya sehat dan dalam kondisi bagus, serta memeriksa apakah ada infeksi di gigi yang bisa berakibat ke janin. Ketika ditemukan gigi keropos, maka kemungkinan kalsium dalam tubuh ibu hamil kurang.

Pemeriksaan selanjutnya bertemu dengan ahli gizi di puskesmas, untuk mengecek apakah seorang ibu hamil yang bersangkutan kurang gizi atau tidak.

Setelah itu, ibu hamil juga perlu bertemu dengan juru imunisasi untuk memastikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) diberikan dengan lengkap. Terakhir melakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengecek potensi penyakit anemia, HIV Aids, hepatitis B, dan lainnya.

Pemeriksaan tersebut merupakan hal wajib yang dilakukan oleh ibu hamil satu kali selama kehamilan.

Pemeriksaan itu harus dilakukan seawal mungkin atau trimester pertama kehamilan, sehingga ketika ada kelainan, bidan yang bertugas sudah mempersiapkan persalinan yang aman.

Ketika pemeriksaan ANC terpadu dilakukan lebih awal, maka akan semakin bagus bagi ibu hamil menghindari komplikasi kehamilan, bahkan bisa mencegah kematian ibu dan bayi.

Hal itu sejalan dengan Permenkes Nomor 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang di antaranya menyebutkan bahwa setiap ibu hamil wajib mendapatkan pelayanan sesuai standar pemeriksaan lengkap.

Kepala Puskesmas Bendo Rindra Wahyu Kusuma menyebutkan bahwa kehadiran Jek-Mil membawa perubahan signifikan terhadap capaian ANC terpadu yang kian meningkat.

Berdasarkan data pada 2017, kunjungan ANC terpadu ibu hamil hanya 59,42 persen dan pada 2020 hingga saat ini sudah meningkat mencapai 100 persen kunjungan.

Selain itu, juga berhasil menekan jumlah kematian bayi di wilayah setempat dari delapan bayi di 2017 menjadi lima bayi di 2020, dan menekan kematian ibu bersalin di angka nol.

Puskesmas Bendo ke depan akan bekerja sama dengan dinas kesehatan, agar Jek-Mil bisa diaplikasikan di daerah lain, sehingga kunjungan ANC terpadu ibu hamil bisa meningkat, seperti di wilayah Bendo.

Jek-Mil Puskesmas Bendo berhasil menghantarkan Pemkab Magetan meraih Top 45 inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021 oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB).

Jek-Mil menjadi inovasi yang berangkat dari permasalahan, dan juga hadir sebagai jalan untuk menyelesaikan masalah itu sendiri, hingga akhirnya bisa berbuah manis dan berperan dalam menciptakan generasi unggul mencapai Indonesia emas di 2045.
 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023