dulu, cek kesehatan mental hanya diberikan saat orang mau melamar kerja saja
Jakarta (ANTARA) - Direktur Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit Nikensari Koesrindartia menyebut gangguan kesehatan mental meski masih berupa tanda-tanda harus diobati sedini mungkin (preventif).

"Kita harus temukan dan kelola ketika masih apa? Ansietas, ada gangguan belajar, susah tidur, gangguan mental emosional. Itu yang harus kita temukan," ucap Nikensari di Jakarta, Kamis, dalam siniar berjudul "Mental Health Issue, Apakah Ini Fenomena Gunung Es? Snack Time Eps. 39" yang ditayangkan di kanal Youtube Puskesmas Kramat Jati.

Menurutnya, rumah sakit-rumah sakit di DKI Jakarta, setelah melakukan penjenamaan (rebranding) pada 2022, kini menawarkan paket cek kesehatan mental bersamaan dengan paket cek medisnya.

Hal itu adalah upaya yang bersifat pencegahan guna memastikan bahwa orang dengan tanda-tanda gangguan mental di fase awal seperti kecemasan dan depresi mendapatkan perawatan agar bisa beraktivitas normal kembali.

"Branding itu memperlihatkan bahwa Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan mengumumkan (mendeklarasikan) bahwa 'kami sekarang mempunyai fokus. Tidak hanya mengobati, pasien-pasien atau warga DKI Jakarta yang sudah  terdiagnosa sakit berat, tapi juga menemukan sejak dini'," dia menjelaskan.

Nikensari mengatakan dulu, cek kesehatan mental hanya diberikan saat orang mau melamar kerja saja. Dia menekankan pentingnya mengubah hal tersebut, dan bahwa seharusnya mengecek kesehatan mental tidak hanya untuk satu keperluan itu saja.

"Tapi intinya, buat check up itu jangan ketinggalan, mentalnya juga di-check up, gitu," katanya.

Adapun langkah-langkah preventif tersebut, ujarnya, termasuk menemukan dan mengenali tanda-tanda sejak dini, skrining, menemukan faktor risiko, kemudian menata laksana supaya tidak terjadi komplikasi.

Selain rumah sakit, ujarnya, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) turut didorong untuk bertransformasi dan menyediakan layanan-layanan kesehatan mental yang bersifat preventif.

Dia berharap, jangan sampai merawat penderita gangguan mental hanya pada tingkat yang sangat parah, seperti skizofrenia, atau ketika sudah dalam tahap yang dapat membahayakan keluarga maupun dirinya sendiri.

Dia menilai, bangsa Indonesia sebenarnya menjunjung tinggi tentang kesehatan mental, seperti yang tertuang pada lirik lagu Indonesia Raya.

"Selalu diawali dengan 'bangunlah jiwanya, bangunlah badannya', ya. Nah, terlihat di situ bahwa sebenarnya mental, pembangunan mental itu juga menjadi sesuatu yang urgent (penting) untuk mendampingi kesehatan fisik," dia menjelaskan.
Baca juga: Dinas Sosial evakuasi ODGJ di Polda Metro Jaya
Baca juga: Polisi amankan ODGJ sayat leher pelajar SMP di Halte Busway CSW
Baca juga: Polisi amankan ODGJ penusuk tetangga usai shalat di Kebayoran Baru

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023