Tekad kuat

Sebelum menjalani profesi sebagai petarung MMA, keseharian Patilima tak luput dari pergumulan dengan kondisi ketidakberdayaan ekonomi keluarganya.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini harus hidup prihatin sejak ayahnya meninggal dunia. Patilima kecil pun kerap membantu sang ibu menjual sayuran di pasar tradisional Kotamobagu.

Dalam kondisi ibunya sebagai orang tua tunggal, keseharian Patilima pun diwarnai dengan pergumulan yang dalam untuk mencari cara terbaik memperbaiki perekonomian keluarga.​​​​​​​

Bahkan hingga Patilima dewasa dan berumahtangga pun, kesulitan ekonomi masih menyelimuti hidup Patilima dan keluarga.

Untuk menopang kehidupan, istrinya pun tak jarang ke luar rumah untuk membantu mencari nafkah, sehingga, di balik tubuh kekarnya, Patilima juga menjalani aktivitas yang mungkin masih jarang dilakoni kaum suami, seperti mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan domestik di rumah.

Hingga akhirnya ia menemukan jalan mewujudkan asa memperbaiki kehidupan dengan mengikuti seleksi One Pride dan melakoni pertandingan demi pertandingan secara profesional.

Patilima sangat bersyukur dengan profesinya
​​​​​saat ini. Kondisi ketidakberdayaan hidup yang melatari kian menguatkan tekadnya untuk memberikan yang terbaik dalam profesinya.

“Saya lahir dan besar dari keluarga susah jadi MMA ini adalah jalan saya membuktikan bahwa semua bisa berubah melalui kerja keras,” katanya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Peri bahasa itu cukup menggambarkan apa yang dialami Patilima setelah kerja kerasnya merintis karir di dunia MMA.

Prestasi yang diraih telah membuatnya semakin tersohor dan menjadi kebanggaan pemerintah dan masyarakat dari daerah asal. Ketika menjadi juara MMA pada 2021 lalu, Patimila yang pulang ke kampung halamannya disambut warga yang tumpa ruah dan konvoi kendaraan menuju Desa Bilalang II.

Di kancah mancanegara, Patilima pun mengharumkan nama Indonesia ketika ia berlaga di international fight.

Bagi Patilima, menjadi juara MMA adalah momentum penting dalam hidupnya untuk mewujudkan mimpinya menjadi lelaki yang dibanggakan keluarga terutama sang ibu.

"Dari awal cita-cita saya di MMA ini yang paling utama hanya membuat keluarga saya bangga, ibu saya bangga, dan itu akan menjadi tekad saya untuk memberikan hasil terbaik dalam setiap pertandingan," demikian Patilima.

Raja kelas welter One Pride itu pun menganggap juara hanya sekadar istilah status. Namun, juara sesungguhnya bagi seorang anak adalah ketika ia mendengar ibunya berucap, "Nak ibu bangga padamu."


Baca juga: Jeka Saragih membuka jalan petarung Indonesia bersinar di UFC
Baca juga: Jeka Saragih ingin prestasinya di UFC diikuti generasi muda

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2023