Jakarta, 13 Juli 2013 (ANTARA) - Komitmen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mengembangkan program industrialisasi sektor kelautan dan perikanan, terus ditingkatkan. Di antaranya, untuk komoditas rumput laut, KKP kembali membangun pabrik pengolahan rumput laut PT. Algae Sumba Timur Lestari (ASTIL) di Desa Tanamanang, Kecamatan Pahunga Lodu, kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

       Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, pembangunan pabrik PT. ASTIL di Sumba Timur sangat tepat. Pabrik pengolahan rumput laut ini sangat penting keberadaannya untuk menampung hasil budidaya rumput laut yang ada di sekitar Kabupaten Sumba Timur khususnya maupun Propinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya. Pendirian PT. ASTIL secara langsung sangat menguntungkan masyarakat, apalagi karena faktor jarak sehingga mampu mengurangi biaya transportasi. “Pabrik ini dapat memproduksi chips rumput laut sebanyak 2 ton/hari dari bahan baku 6 ton/hari. Kapasitas produksinya akan terus ditingkatkan hingga 10 ton/hari. Pada tahun 2012, Pabrik ini telah memproduksi chips rumput laut sebanyak 124 ribu kg dan dipasarkan ke beberapa perusahaan dalam negeri,” ujarnya.

       Dipilihnya Sumba Timur, menurut Slamet, karena Kabupaten Sumba Timur NTT merupakan salah satu kawasan percontohan minapolitan komoditas rumput laut. Data statistik menunjukkan produksi rumput laut di Propinsi NTT pada Tahun 2012 sebesar 398.000 ton. Dari jumlah tersebut, 1.393,8 ton berasal dari Kabupaten Sumba Timur. Untuk itu, keberadaan pabrik akan dapat meningkatkan nilai tambah produk rumput laut. Sehingga tujuan program industrialisasi perikanan yaitu meningkatkan produktivitas, nilai tambah produk serta meningkatkan daya saing dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja dan penggerak perekonomian masyarakat. ”Potensi lahan budidaya rumput laut yang dimiliki Sumba Timur cukup besar. Potensi ini diharapkan dapat meningkatkan produksi rumput laut sehingga mendukung peningkatan produksi secara nasional,” tandasnya.


     Sinergitas

       Slamet menjelaskan, pendirian pabrik pengolah rumput laut PT. ASTIL ini merupakan bukti nyata adanya sinergitas kinerja antar sektor. Di mana, untuk mesin pengolah rumput laut menjadi chips, merupakan bantuan Kementerian Perindustrian. Sedangkan KKP menyediakan ruang processing beserta bangunan pabrik. Pemerintah Kabupaten Sumba Timur yang akan mendukung modal kerja. “Sinergitas kinerja seperti ini harus ditularkan ke daerah lain. Sehingga pembangunan akan melaju dengan cepat karena dorongan yang diberikan merupakan dorongan bersama yang semuanya mempunyai satu tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui sektor kelautan dan perikanan,” papar Slamet.

       Slamet menambahkan, tahun 2013 KKP telah menetapkan industrialisasi rumput laut di 6 Provinsi. Yaitu provinsi  Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan provinsi Sulawesi Utara. Akselerasi peningkatan produksi rumput laut melalui program industrialisasi tahun 2013, ditargetkan mampu menghasilkan rumput laut yang diolah sebanyak 1.214.299 ton. Lebih dari itu, dari program industrialisasi rumput laut ini mampu menyerap jumlah pembudidaya sebanyak 37.807 RTP. “Sedangkan penyerapan tenaga kerja dari sektor ini akan meningkat hingga 415.462 orang dengan nilai produksi mencapai Rp 1.138 milyar,” katanya.

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Plt. Kepala Pusat Data, Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0811806244)

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013