Guangzhou (ANTARA) - Modernisasi China, yang berpusat pada rakyat berbeda dengan modernisasi Barat, yang memberi makna baru dalam modernisasi, demikian disampaikan oleh Martin Jacques, akademisi asal Inggris, pada Minggu (3/12) di Guangzhou, ibu kota Provinsi Guangdong, China selatan.

"Negara itu berupaya untuk 'memanusiakan' modernitas, untuk mendahulukan kebutuhan dan kepentingan rakyat di atas keuntungan materi yang sempit, untuk memprioritaskan kebutuhan spiritual masyarakat di atas kebutuhan konsumerisme yang terbatas," tutur Jacques saat menghadiri upacara peluncuran laporan Kantor Berita Xinhua berjudul "The Humanomics in the New Era" yang diselenggarakan oleh Xinhua di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Media Dunia (World Media Summit/WMS) ke-5.

Kepercayaan diri dan kemauan China untuk berpikir secara berbeda serta menjajaki berbagai kemungkinan baru menunjukkan bahwa "modernitas tidak hanya satu, melainkan banyak, dan setiap negara harus memilih modernitasnya sendiri."

Akademisi itu mengatakan bahwa pemikiran China berakar kuat pada kepercayaan diri yang besar, yang disaksikan oleh transformasi China selama empat dekade terakhir dan "konsep kuat" peradaban China tentang dunia (Tianxia, yang secara harfiah berarti segala sesuatu yang ada di bawah langit).

Jacques pun menyoroti fakta bahwa China menghargai hubungannya dengan negara-negara berkembang, dan China menjunjung sikap saling menghormati dan saling belajar antarperadaban.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023