Indonesia sebenarnya adalah pasar e-Commerce dengan pertumbuhan tercepat secara global....
Bali (ANTARA) - Partner at East Ventures Melisa Irene menilai perdagangan elektronik atau e-Commerce menjadi sektor teknologi digital yang potensial di Indonesia saat ini.

Menurut Melisa, sektor perdagangan elektronik memiliki peluang yang besar di Indonesia. Hal itu tercermin dari jumlah konsumen daring (online shopper) yang meningkat dari 17 juta pada 2020, menjadi 32 juta pada tahun 2021. Pelaku perdagangan elektronik di Indonesia juga termasuk yang terbanyak di wilayah Asia Tenggara.

“Indonesia sebenarnya adalah pasar e-Commerce dengan pertumbuhan tercepat secara global, dan ini sebenarnya adalah sesuatu yang sangat menggembirakan,” kata Melisa dalam Annual International Forum of Economic Development and Public Policy (AIFED) 2023, di Bali, Kamis.

Melisa memberikan contoh perdagangan elektronik dalam bidang logistik yang menjadi salah satu perdagangan elektronik dengan pertumbuhan pesat di Indonesia.

Hal itu dipengaruhi oleh faktor geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang luas. Oleh karena itu, jasa yang menggabungkan teknologi digital dan logistik memiliki peluang pasar di Indonesia.

“Indonesia sangat terfragmentasi, banyak pulau, untuk itu logistik menjadi yang termahal dibandingkan seperti India dan Tiongkok yang merupakan daratan besar. Dibutuhkan pendekatan multimodal untuk logistik,” ujarnya.

Selain itu, Melisa juga membeberkan tiga sektor teknologi lainnya yang potensial di Indonesia. Pertama, teknologi layanan kesehatan (healthcare). Belanja Kesehatan perkapita Indonesia turut meningkat dari 97 dolar AS pada 2015 menjadi 120 dolar AS pada 2019.

“Ada alasan bahwa infrastruktur kita [kesehatan] kurang, tapi itu adalah sesuatu yang juga harus diwaspadai karena COVID-19 menjadi contoh,” kata Melisa lagi.

Saat ini, perusahaan teknologi layanan kesehatan jumlahnya masih kurang dari 100, namun dengan jumlah permintaan cenderung tinggi. Oleh karena itu, sektor teknologi layanan kesehatan masih memiliki peluang yang besar, khususnya bidang prediktif diagnostik dan farmakogenomik.

Kedua, berbagai peluang turut hadir terkait teknologi iklim (climate tech) yang akan sangat berkembang seiring dengan komitmen emisi nol bersih (net zero emission).

Sebagai perusahaan modal ventura, East Ventures memandang sektor teknologi iklim dalam empat pilar yang mencakup energi baru terbarukan (EBT), pangan & pertanian, mobilitas dan pengelolaan limbah.

“Teknologi iklim juga berpeluang dimana pemain di Indonesia bisa berasal dari warga lokal. Dalam hal mobilitas, kami pikir Indonesia mempunyai peluang besar untuk memproduksi kendaraan listrik sendiri,” ujar Melisa pula.

Sektor ketiga yang dinilai potensial, yakni sektor teknologi finansial (fintech) yang juga terus berkembang pesat dan Indonesia merupakan rumah untuk 20 persen dari perusahaan fintech Asia Tenggara, diperkirakan akan menghasilkan 8,6 miliar dolar AS selama 5 tahun ke depan.

Associate Professor Monash University Arif Perdana juga berpendapat bahwa posisi Indonesia di lanskap teknologi keuangan sudah cukup maju, terutama karena didukung dengan sumber daya manusia yang sudah cukup terlatih dan banyaknya perusahaan rintisan (startup) yang muncul untuk melayani permintaan masyarakat terhadap akses keuangan digital.

"Namun, ekosistem startups saat ini masih membutuhkan banyak dukungan dan insentif untuk dapat terus berinovasi," kata Arif lagi.
Baca juga: Mendag: Kolaborasi-adaptasi kunci hadapi tantangan ekonomi digital
Baca juga: Jakut kembangkan sektor ekonomi kreatif lewat seminar literasi digital

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023