Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim menyatakan pendidikan vokasi, baik sekolah menengah kejuruan (SMK) maupun pendidikan tinggi, memiliki dampak tercepat dalam membangun sumber daya manusia (SDM) unggul.

“Pendidikan vokasi punya dampak tercepat untuk mewujudkan SDM unggul. Kenapa? Karena anak-anak yang keluar dari vokasi mereka langsung terjun ke lapangan untuk bekerja dan memperbesar ekonomi ke depan,” katanya dalam Pembukaan Vokasifest X Festival Kampus Merdeka di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan Indonesia membutuhkan kemampuan bergerak lebih cepat agar menjadi kekuatan di dunia dengan pendapatan per kapita yang diharapkan terus meningkat sehingga keluar dari middle income trap.

Salah satu faktor tercepat dalam mewujudkan target itu, katanya, melalui pendidikan vokasi karena dinilai mampu menghasilkan SDM yang siap dan sesuai dengan kebutuhan industri dari masa ke masa.

Baca juga: Pembelajaran di kampus didorong untuk bisa menghasilkan karya

Para siswa atau mahasiswa di pendidikan vokasi dibekali oleh kemampuan softskill dan hardskill yang disesuaikan dengan kebutuhan industri sehingga mereka siap untuk langsung bekerja ketika sudah lulus.

Kesempatan keterserapan para lulusan pendidikan vokasi yang tinggi terhadap industri tersebut mampu mendorong perekonomian Indonesia sehingga diperkirakan memiliki produk domestik bruto (PDB) terbesar keempat di dunia pada 2050.

Oleh sebab itu, dalam rangka mengoptimalkan kesempatan tersebut maka Kemendikbudristek melakukan tiga perubahan besar untuk mentransformasi pendidikan tinggi dan vokasi.

Sebanyak tiga perubahan besar ini meliputi mewujudkan sistem pendidikan yang lebih terbuka terhadap inovasi, pembelajaran yang terintegrasi dengan industri dan daerah, serta pendidikan yang lebih inklusif, aman, dan memberdayakan.

Ketiga langkah tersebut untuk mengatasi beberapa tantangan pendidikan yang dialami Indonesia beberapa tahun lalu, seperti sistem pendidikan yang kaku dan sulit bergerak, keterlibatan industri yang rendah dan belum terintegrasi dengan daerah, serta pendidikan yang tidak bebas dan nyaman untuk siswa.

“Ada diskusi dengan Presiden, Pak Joko Widodo cukup frustrasi dengan keadaan pendidikan kita saat itu yang kaku, tidak lebih terbuka dan relevan, ada pembatas antara dunia akademik dan industri. Saya ingat empat tahun lalu diskusi itu dengan Pak Joko Widodo,” kata Nadiem.

Baca juga: Kemendikbudristek dukung vokasi siap masuk industri bisnis ritel
Baca juga: Kemendikbudristek dukung pendidikan vokasi industri kreatif
Baca juga: Pendidikan vokasi perlu utamakan "skill" untuk dukung bonus demografi

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023