Jakarta (ANTARA) - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan pembangunan base transceiver station (BTS) di area kahar masih menunggu situasi keamanan kondusif.

Area kahar merupakan area yang memiliki kondisi tidak terduga dan menjadi salah satu tantangan untuk menghadirkan infrastruktur berupa BTS di area tersebut.

"Kita masih menunggu, karena kami kan mendahulukan kepentingan keamanan pekerja yang bantu BAKTI. Kita sedang berkoordinasi dengan pihak keamanan apakah sudah bisa melakukan kelanjutan pembangunan," ujar Direktur Utama BAKTI Kementerian Kominfo Fadhilah Mathar di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Kemenkominfo bangun 146 titik akses internet di Jambi

"Terakhir itu kan yang di Pegunungan Bintang, waktu itu yang disampaikan oleh Pemda, saat itu bahwa itu sudah bisa dibangun, akhirnya pekerja ke sana, tapi yang terjadi kan akhirnya tangannya ditebas. Jadi kita masih menunggu situasi agak relatif aman khusus yang kahar, kalau yang lainnya semuanya sudah on air," sambung dia.

Fadhilah mengatakan, total pembangunan BTS saat ini sebanyak 5.618 menara. Adapun BTS di daerah kahar berjumlah 730 menara. Dia menegaskan pihaknya masih terus melakukan penilaian atau assessment untuk menentukan apakah BTS-BTS tersebut dapat mengudara seluruhnya.

"Kita terus assesment apakah bisa kita on air kan semua, tapi itu tadi tergantung keamanan," ucapnya.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyebutkan pihaknya akan mencari solusi lain dan tidak memaksakan untuk membangun BTS di titik-titik yang memiliki geografis dan keamanan yang tidak mendukung.

Terkait hal tersebut, Fadhilah menyebut bahwa solusi alternatif bisa saja diterapkan, karena inti dari program pemerintah adalah memastikan semua daerah dapat terhubung akses internet.

"Teknologinya apakah pakai selular (BTS), apakah pakai akses internet (satelit) itu beberapa solusi yang bisa kita lakukan," kata dia.

Menurut dia, penggunaan teknologi BTS di daerah kahar cenderung lebih kompleks, karena banyak material yang harus dibawa ke lokasi pembangunan serta memerlukan proses yang panjang.

Sementara penggunaan akses internet seperti penyediaan WiFi di lokasi layanan-layanan publik dinilai lebih efisien.

"Ketika kalau pakai akses internet kan lebih mudah, cepat, dua minggu sudah selesai. Kalau teknologinya memang BTS mereka kan harus bawa berulang-ulang towernya, kemudian transmisinya, kemudian ada pembangunan fisik untuk solar panel, itu yang bikin waktu agak lebih lama," ucap Fadhilah.

Baca juga: Menkominfo sebut pengerjaan BTS 4G tertunda selesai

Baca juga: BAKTI Kominfo targetkan 2025 semua desa miliki konektivitas digital

Baca juga: Satgas BTS untuk percepat pembangunan infrastruktur digital daerah 3T

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023