"Masalah itu lebih baik ditanyakan kepada pasukan pertahanan Ukraina, bukan kepada Amerika Serikat," kata Kirby seperti dilaporkan kantor berita Tass pada Kamis.
"Kami akan berupaya keras memastikan semua sistem yang diberikan kepada Ukraina digunakan secara layak di medan tempur," sambung Kirby.
"Kami tak melihat adanya indikasi bahwa telah terjadi korupsi atau penyalahgunaan skala besar oleh militer Ukraina," kata dia lagi.
Amerika Serikat sendiri terus memberikan bantuan militer kepada Ukraina. Akhir Desember lalu, negara adidaya itu menyalurkan paket senjata dan peralatan militer untuk Ukraina yang terakhir pada 2023.
"Bantuan kita sangat penting dalam mendukung mitra Ukraina kita dalam membela negara dan kebebasannya dari agresi Rusia," kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam laman Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Ukraina pada 27 Desember 2023.
Paket terakhir pada 2023 itu terdiri dari senjata dan peralatan perang senilai 250 juta dolar AS (sekitar Rp3,88 triliun).
Paket bantuan militer itu meliputi amunisi pertahanan udara, komponen sistem pertahanan udara, amunisi tambahan untuk sistem roket artileri mobilitas tinggi, amunisi artileri 155mm dan 105mm, amunisi anti-tank, dan 15 juta butir amunisi.
Menurut Blinken, koalisi lebih dari 50 negara terus memberikan dukungan penting bagi pasukan Ukraina guna menghadapi Rusia.
Baca juga: Serangan balasan Ukraina 2023 mandek dan kelanjutan perang di 2024
Baca juga: Washington disebut sengaja perpanjang konflik Ukraina
Baca juga: Ukraina akui kekurangan peluru artileri karena bantuan asing terhambat
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024