Pangkalpinang (ANTARA) - BPBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyebut konflik antara masyarakat dengan buaya di Kepulauan Babel mengalami peningkatan sebagai dampak kerusakan lingkungan dan semakin berkurangnya habitat hewan reptil tersebut.

"Dalam dua tahun terakhir kasus konflik antara orang dengan buaya meningkat," kata Kepala BPBD Provinsi Kepulauan Babel Mikron Antariksa di Pangkalpinang, Kamis.

Ia mengatakan konflik antara orang dengan buaya banyak terjadi di daerah-daerah rawan banjir selama musim hujan. Pada saat itu buaya sering masuk ke permukiman dan bahkan menyerang warga.

"Kami memang tidak mendata kasus konflik warga dengan buaya karena tidak termasuk dalam kebencanaan alam melainkan konflik akibat kerusakan lingkungan. Namun demikian kami terus mendapatkan laporan atas kejadian-kejadian serangan buaya yang meningkat dari tahun ke tahun," ujarnya.

Baca juga: Tim SAR Babel temukan korban diterkam buaya

Baca juga: BPBD: Warga diterkam buaya di Bangka-Babel ditemukan meninggal

Baca juga: BKSDA berharap Pemda Babel keluarkan kebijakan lindungi habitat buaya


Ia menyebut contoh kasus serangan terhadap nelayan yang sedang menjaring ikan di sungai beberapa waktu, di mana tangan kanan korban harus diamputasi akibat gigitan buaya.

"Kemarin juga ada buaya masuk kolong rumah warga di Pangkalbalam. Hal-hal seperti ini harus diwaspadai serta disikapi bersama-sama secara bijak," katanya.

Ia menyatakan, dalam mewaspadai serangan buaya BPBD telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA, serta dengan pengembang-pengembang perumahan di daerah ini.

"Saat ini rawa-rawa tempat tinggal buaya sudah banyak yang menjadi kawasan perumahan, sehingga habitatnya semakin terdesak dan akhirnya hewan ini masuk ke permukiman dan menyerang warga," katanya.

Baca juga: Masyarakat Babel diminta tidak beraktivitas saat buaya agresif

Baca juga: BKSDA: Habitat buaya di Babel semakin sempit

Baca juga: Korban banjir Bangka diminta waspadai serangan buaya

Pewarta: Aprionis
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024