Peshawar, Pakistan (ANTARA News) - Taliban Pakistan, Sabtu mengumumkan mereka talah memecat seorang komandan penting karena mendukung dialog yang diusulkan Perdana Menteri Nawaz Sharif untuk mengakhiri pertumpahan darah yang telah menewaskan ribuan orang.

Ismatullah Muaweea, ketua Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) cabang Provinsi Punjab , Kamis mendukung tawaran PM Nawaz Sharif, dengan mengatakan bahwa perdana menteri itu telah menunjukkan kedewasaannya.

Sharif menawarkan kepada kelompok garis keras itu Senin dalam pidato televisi pertamanya sejak memangku jabatan setelah menang pemilu Mei-- satu pidato selama satu jam yang dipusatkan pada banyak sekali masalah yang dihadapi negara itu.

"Tuntutan yang bijaksana yang kami hadapi adalah memperkecil sedapat mungkin korban warga yang tidak bersalah," kata Sharif.

Tetapi TTP tidak menyinggung mengenai Muaweea dan hanya mengatakan komandan itu tidak lagi berperan dalam jajaran kepemimpinan TTP itu.

Taliban memutuskan bahwa Ismatullah Muaweea tidak punya hubungan dengan TTP," kata Shahidullah Shahid, juru bicara Taliban kepada AFP.

"Ia dihormati oleh kami, tetapi ia tidak punya hubungan dengan TTP. Keputusan tentang ketua baru TTP cabang Punjab akan dibuat dalam pertemuan mendatang para pembuat keputusan kami," katanya.

Tanggapan Muaweea terhadap pidato Sharif mengejutkan banyak pihak karena Taliban sebelumnya mundur dari perundingan perdamaian mereka sendiri setelah satu dari para komandan penting mereka tewas akibat satu serangan pesawat tanpa awak Amerika Serikat di Pakistan barat laut.

Dalam penyataannya, yang disebarkan di Wana, kota utama di distrik suku Waziristan Selatan yang kacau yang berbatasan dengan Afganistan, Muaweea memuji langkah pemerintah itu.

Perdana menteri menunjukkan kedewasaanya dengan tawaran perundingannya itu dan ia juga memperkuat keinginan bagi perdamaian karena tidak melakukan pembunuhan," katanya.

Pakistan Ahad memerintahkan penghentian untuk sementara pembunuhan-pembunuhan setelah adanya keberatan-keberatan dari presiden dan kelompok-kelompok hak asasi manusia, beberapa hari sebelum mereka menurut rencana akan memulai kembali setela lima tahun moratorium.

Para gerilyawan Taliban melakukan pemberontakan sejak tahun 2007 mengatakan mereka akan menganggap pengeksekusian setiap tahanan mereka sebagai satu pernyataan perang. Pakistan kini memiliki 7000 tahanan.

Pakistan mengatakan puluhan ribu orang tewas di negara itu sebagai akibat pemberontakan sejak tahun 2001, demikian AFP.

(H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013