Intervensi pasokan pangan yang dilakukan pemerintah diperkirakan akan cukup untuk menjaga inflasi agar tetap berada dalam kisaran target
Jakarta (ANTARA) - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memproyeksikan bahwa inflasi akan tetap terkendali di kisaran target 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024.

Chief Economist & Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan menilai, meskipun terjadi peningkatan harga pangan, intervensi pasokan pangan yang dilakukan pemerintah akan cukup untuk menjaga inflasi agar sesuai dengan target.

“Meski kenaikan harga pangan dapat berdampak pada inflasi, namun BI menyatakan optimisme. Intervensi pasokan pangan yang dilakukan pemerintah diperkirakan akan cukup untuk menjaga inflasi agar tetap berada dalam kisaran target 2,5 persen plus minus 1 persen pada tahun 2024," kata Katarina dalam Indonesia Market Outlook 2024 di Jakarta, Kamis.

Secara domestik, Katarina memperkirakan bahwa sepertinya Bank Indonesia (BI) telah mengakhiri siklus kenaikan suku bunga, meskipun belum ada tanda-tanda penurunan suku bunga BI.

Adapun BI melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16-17 Januari 2024 telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap di level 6 persen. Suku bunga deposit facility dipertahankan di posisi 5,25 persen, dan suku bunga lending facility juga tetap sebesar 6,75 persen.

Katarina menilai, siklus penurunan suku bunga BI nantinya akan mengikuti perkembangan The Fed, pergerakan rupiah, dan arus masuk modal. Penyesuaian akan dilakukan secara bertahap.

Aktivitas ekonomi tahun ini juga akan meningkat ditopang dengan belanja Pemilu dan meningkatnya belanja pemerintah. ​Pada akhir Desember 2023, tercatat belanja pemerintah naik ke Rp616 triliun, jauh di atas Rp270 triliun pada bulan sebelumnya.

Secara historis, pada periode pemilu sebelumnya yakni tahun 2004, 2009, 2014, dan 2019, pasar finansial Indonesia menunjukkan pergerakan yang selalu positif pada 6-12 bulan sebelum dan setelah pemilu.

Tercapainya puncak suku bunga, kebijakan moneter yang lebih akomodatif dan nilai tukar dolar AS yang termoderasi tahun ini akan membuat investor asing lebih berminat untuk masuk ke pasar-pasar negara berkembang. Itu merupakan katalis yang kuat bagi pasar finansial Indonesia.

"Hal ini sudah mulai terlihat dengan masuknya arus modal asing sejak dua bulan terakhir, di mana Indonesia membukukan arus dana asing selama delapan dari sembilan minggu terakhir, dengan jumlah paling tinggi di ASEAN," ujar Katarina.

Namun, Katarina memberikan beberapa catatan akan risiko yang perlu dicermati. Narasi higher for longer menyebabkan imbal hasil obligasi negara maju tetap tinggi. Jika terus berlanjut, hal tersebut bisa mengakibatkan minimnya aliran dana masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia, dan menekan rupiah.


Baca juga: BI perkuat sinergi pastikan inflasi 2024 dalam sasaran
Baca juga: Jaga inflasi, Menko Airlangga: Bantuan beras diberikan hingga Juni
Baca juga: LPEM UI: Pemerintah punya kapasitas cukup capai target inflasi 2024

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024