Jakarta (ANTARA) - Dokter dari RS Persahabatan Jakarta dr Anindhita Sp.OG(K)-Onk menjelaskan sejumlah cara untuk mencegah virus HPV agar tidak menyerang, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, serta gaya hidup.

"Ada pencegahan primer ya, jadi kita mencegah si virus ini masuk ya jadi dengan pemberian vaksin. Vaksinnya saat ini sudah ada, dulu ada vaksin yang proteksi terhadap empat jenis HPV, kemudian sekarang sudah ada yang terbaru ini, yang proteksi terhadap 9," ujar dia dalam “Cegah Kanker Serviks dengan Vaksinasi HPV” yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan vaksin tersebut dapat diberikan sejak anak berusia 9 tahun.

Adapun dosis yang diberikan, ujarnya, dua kali dengan rentang satu tahun. Bagi yang berusia di atas 13 tahun, seperti yang sudah kuliah, dosis yang diberikan tiga kali dengan rentang lebih singkat.

"Ya jadi misalnya sekarang. Karena dia ada tiga kali kan suntikannya. Sekarang, dua bulan dari sekarang, kemudian enam bulan dari sekarang. Jadi yang pertama atau kedua jaraknya dua bulan. Terus yang kedua jaraknya sekitar empat bulan," kata dia.

Dia menyarankan agar mengambil vaksin sedini mungkin.

Di Indonesia, ujarnya, vaksin tersebut diberikan pada siswi-siswi kelas 5 dan 6 SD atau yang berusia 13 tahun.

Ia juga menyebut ada pencegahan sekunder, yaitu dengan melakukan deteksi dini, seperti melalui pap smear dan pemeriksaan HPV DNA.

Baca juga: Dokter: Vaksin HPV perlu diberikan sedini mungkin

Dengan demikian, katanya, seseorang dapat mengetahui apakah mereka mendapatkan virus tersebut.

"Apakah kalau terpapar apakah virusnya ini yang risiko rendah, karena virus HPV ini nggak semuanya bikin kanker. Atau kita terpapar oleh virus yang risiko tinggi yang memang menyebabkan kanker," kata dia.

Idealnya, katanya, deteksi tersebut dilakukan setahun sekali bagi orang-orang yang sudah aktif secara seksual, seperti yang sudah menikah, atau tiga tahun apabila pemeriksaan tersebut menunjukkan tanda-tanda yang bagus.

Dalam kesempatan itu, dia menyebut, sejumlah orang yang rentan terkena kanker serviks, misalnya perempuan yang pernah berhubungan seksual di usia muda, misalnya di bawah 17 tahun.

Dia menjelaskan, perkembangan organ genital belum sempurna masih saat muda.

"Atau yang multi-partner gitu ya, jadi berganti-ganti pasangan, atau orang-orang yang benar-benar merokok, seperti itu akan menjadi lebih rentan terhadap kejadian kanker serviks," katanya.

Dia menyarankan bagi yang sudah aktif secara seksual, disarankan untuk melakukan skrining serta menjaga kebersihan tubuh.

Dia mengatakan untuk membersihkan organ genital tidak perlu menggunakan sabun atau obat, cukup dengan air dan dilap hingga kering, agar tidak lembab.

Jika menggunakan obat-obatan, katanya, dapat membunuh bakteri baik yang menjaga area tersebut, sehingga dapat memicu infeksi.

Selain itu, ujarnya, konsumsi rokok perlu dikurangi, bahkan dihentikan, karena rokok juga dapat memengaruhi kesehatan serviks.

Selain itu, katanya, makan dengan gizi yang seimbang.

Baca juga: BKKBN: Kontak seksual sehat usia 20 tahun ke atas cegah kanker serviks
Baca juga: Perubahan gaya hidup yang bantu cegah kanker serviks

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024