Dili (ANTARA News) - Polisi antarbangsa di daerah panas Timor Timur menangkap 40 pemuda dengan tuduhan berperilaku onar, dengan beberapa di antaranya merencanakan serangan terhadap tempat penampungan pengungsi, kata jurubicara hari Selasa. "Pada ahir pekan lalu, polisi menangkap 40 orang. Mereka ditangkap, karena bertindak onar, beberapa di antaranya membawa senjata, melempar batu dan berkelahi," kata jurubicara dari Polisi Negara Australia itu kepada kantor berita Prancis AFP. Senjata itu antara lain parang, batang besi, balok berpaku, katapel dan batu, katanya dengan menolak menyebut nama. Kerusuhan itu diduga merupakan yang terburuk sejak peraih Nobel Perdamaian Jose Ramos Horta menjadi perdana menteri bulan lalu, menggantikan Mari Alkatiri, yang mundur akibat kekerasan Mei, yang menewaskan 21 orang. Ramos Horta berbagai hadiah Nobel Perdamaian 1996 dengan uskup Katolik Roma Dili Carlos Ximenes Belo. Horta mundur dari jabatan menteri luar negeri saat kerusuhan itu terjadi. Penganiayaan itu membuat Timor Timur meminta bantuan sekitar 3.200 penjaga perdamaian untuk memulihkan hukum dan ketertiban. Sekitar 150.000 orang meninggalkan rumahnya dan mengungsi di tenda penampungan akibat takut akan bahaya bagi jiwanya dan banyak di antaranya belum kembali. Dalam kejadian satu ahir pekan, 19 orang ditangkap tentara dan polisi di perkebunan pisang di dekat bandar udara dan diduga merencanakan serangan atas satu dari banyak tampungan pengungsi di Dili, kata jurubicara polisi antarbangsa itu. Ia menambahkan bahwa beberapa rumah dibakar, tapi tidak diketahui alasannya. Sejumlah orang dibebaskan, tapi beberapa lagi masih ditahan, katanya, tapi ia tidak dapat menyebut angka pastinya. Kerusuhan itu terjadi saat Australia mulai menarik balatentaranya --kendati sekitar 2.000 di antaranya masih di negara muda itu-- dan Malaysia dikabarkan mengumumkan rencana menarik 200 tentaranya pada ahir bulan ini.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006