dengan potensi yang cukup besar saya kira sudah saatnya untuk mulai memikirkan pengembangan AI ini dari hulu sampai dengan hilir
Yogyakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menyebutkan Indonesia dengan modal besar yang dimiliki sudah saatnya mengembangkan "artificial intelligence (AI)" atau kecerdasan buatan mulai dari hulu hingga hilir.

"Indonesia sebagai negara dengan potensi yang cukup besar saya kira sudah saatnya untuk mulai memikirkan pengembangan AI ini dari hulu sampai dengan hilir," kata Nezar dalam Diskusi Publik "Kebutuhan Mengembangkan Regulasi Tata Kelola Kecerdasan Artifisial" di Universitas Gadjah Mada (UGM) Sleman, D.I Yogyakarta, Jumat.

Menurut Nezar, Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) melimpah berupa mineral langka untuk bahan baku pembuatan chip sebagai salah satu komponen pendukung kinerja AI.

"Ini akan menjadi 'pertempuran' selanjutnya di negara-negara untuk memperebutkan sumber daya ini," ucap dia.

Baca juga: Kemkominfo dorong pemerataan infrastruktur digital Sulampua

Baca juga: Kemenkominfo luncurkan VID 2045, rencana jangka panjang bidang digital


Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak talenta mumpuni dalam bidang AI termasuk para pakar baik yang menempuh pendidikan di luar maupun dalam negeri pada bidang kecerdasan buatan.

Karena itu, menurut dia, dalam waktu bersamaan negara pun perlu segera melakukan intervensi demi memperkuat ekosistem pengembangan AI di Indonesia sekaligus memberikan sumbangan terhadap tata kelola AI di level global.

Nezar menuturkan Indonesia memegang peran penting dalam pengembangan ekonomi digital di Asia Tenggara karena memiliki potensi pertumbuhan ekonomi digital yang cukup besar.

"Kita adalah satu-satunya bangsa di Asia Tenggara selain populasinya paling besar Indonesia juga punya potensi pertumbuhan ekonomi digital yang luar biasa," kata dia.

Dia menyebut potensi ekonomi digital secara nasional untuk Indonesia pada 2030 diperkirakan mencapai 360 miliar dolar AS, sementara ekonomi digital di ASEAN dalam waktu bersamaan diperkirakan mencapai 1 triliun dolar AS.

"Jadi kita menyumbang hampir 40 persen dari pertumbuhan ekonomi digital di regional," ujar Nezar Patria.

Baca juga: Kemkominfo sebut Starlink belum izin buka layanan internet di RI

Baca juga: Kemkominfo tingkatkan kecakapan digital anak muda untuk Indonesia Emas

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024