Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan masyarakat, Ngabila Salama membeberkan sejumlah penyebab seseorang dapat terkena penyakit katarak pada usia muda atau di bawah 20 tahun.

“Katarak penyebab 80 persen kebutaan pada orang usia 50 tahun ke atas. Walaupun demikian, sering dijumpai juga pada usia muda di bawah 20 tahun atau yang disebut dengan istilah early onset cataract atau juvenile cataract,” kata Ngabila melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Selasa.

Ngabila menyebut faktor penyebab katarak yang pertama dapat muncul pada bayi yang baru lahir. Penyakit ini disebut sebagai katarak kongenital akibat infeksi TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalovirus (CMV) dan herpes selama kehamilan.

Baca juga: Dokter: Deteksi dini penting guna perlambat progres glaukoma

Baca juga: Praktisi kesehatan sebut merokok perbesar risiko terkena katarak


Katarak juga disebabkan oleh pola gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok. Kebiasaan tersebut banyak mengandung radikal bebas yang mempercepat rusaknya sel dan proses degenerative atau penuaan termasuk lensa mata.

Akibatnya, lensa mata menjadi cepat keruh. Kandungan nikotin, karbonomonoksida, dan tar pada rokok meningkatkan stres oksidatif juga tembakau mengandung logam berat seperti kadmium, timbal, dan tembaga yang menumpuk dalam lensa menyebabkan kerusakan secara langsung dan aldehida dan isosianat yang terbentuk dari sianida dapat mengubah struktur protein lensa yang menyebabkan terjadinya kekeruhan dalam lensa yang berdampak dalam pembentukan katarak.

“Sering terkena sinar matahari langsung tapa pelindung kacamata, topi atau payung, ditambah jarang makan sayur dan buah sebagai antioksidan untuk mencegah radikal bebas juga jadi faktor katarak dapat mengenai kita,” ucap Ngabila.

Faktor lainnya, yakni adanya keturunan genetik, gangguan metabolisme seperti diabetes mellitus akibat adanya penumpukan gula hingga cedera mata akibat benda tumpul yang menyebabkan katarak traumatik.

Dari faktor penyebab tersebut, Ngabila menjelaskan gejala akan penderita katarak rasakan yakni kaburnya penglihatan seperti tertutup kabut asap yang jika makin tebal kekeruhan lensanya maka akan semakin tebal asap yang menutupi dan tidak bisa melihat sama sekali.

Beberapa penderita mengeluh kesulitan melihat pada malam hari sehingga membutuhkan cahaya yang lebih terang dan pandangan terhadap warna terang menjadi berkurang dan cenderung menguning.

“Sensitivitas terhadap cahaya menjadi tinggi (fotofobia). Jika melihat objek dengan satu mata saja akan terlihat seperti ganda. 90 persen informasi untuk manusia ditangkap melalui mata (visual),” ujarnya yang juga

Menurutnya, saat ini katarak hanya dapat diobati dengan melakukan tindak operasi. Jarak operasi mata satu dengan yang lain adalah satu bulan. Operasi dilakukan jika tajam penglihatan sudah kurang dari 6/18.

Meski demikian, ia meminta penderita untuk tidak panik karena operasi katarak yang menggunakan metode PhacoEmulsifikasi memiliki sejumlah kelebihan. Beberapa di antaranya adalah sayatan operasi yang sangat kecil kurang lebih 2,75 mm, prosesnya yang cepat kurang lebih hanya 15 menit, menggunakan bius lokal dan tidak menggunakan jahitan.

“Pasiennya dapat langsung dibawa pulang setelah operasi, perawatan dan pemulihannya lebih cepat bisa tujuh hingga 14 hari sembuh, dapat dilakukan pada semua tingkatan katarak dan mengurangi rasa nyeri atau ketidaknyamanan setelah operasi,” kata dia.

Baca juga: Kemenkes: Penyebab kebutaan tertinggi di Indonesia adalah katarak

Baca juga: Dokter: Katarak bisa jadi penyebab kebutaan tapi bisa disembuhkan

Baca juga: 81 persen kebutaan terjadi akibat katarak di Indonesia

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024